Jumat, 27 September 2013

BUKTI AUDIT

PENDAHULUAN
Auditing(pemeriksaan) merupakan suatu proses sistematik yang dilakukan oleh orang yang independen untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai sejumlah informasi yang berhubungan dengan kesatuan ekonomi, dengan tujuan yang menetapkan tingkat kesesuaian antara sejumlah informasi tersebut dengan persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan.
Sebagai dasar untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diperiksanya, akuntan publik harus mengumpulkan bukti-bukti dalam pemeriksaan tersebut. Meskipun catatan kuitansi yang ada menyediakan bukti pemeriksaan yang cukup untuk menjadi pendukung pendapat auditor, namun catatan tersebut bukan merupakan satu-satunya bukti pemeriksaan yang dikumpulkan oleh auditor.
Pengumpulan bukti pemeriksaan dapat diperoleh dari pengamatan langsung terhadap aktiva, wawancara, serta melalui berbagai sumbar dari luar pemeriksaan klien. Standar pekerjaan lapangan telah menyatakan: Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan, pertanyaan, dan konfirmasi sehingga dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
Ukuran keabsahan bukti tersebut untuk tujuan audit tergantung pada pertimbangan auditor independen. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Ketepatan sasaran, objektivitas, ketepatan waktu, dan keberadaan bukti audit lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi bukti( tingkat dimana bukti yang diperoleh dapat dipercaya ).

PEMBAHASAN
  1. BUKTI AUDIT
  1. Pengertian Bukti Audit
Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat ( controlling information) yang tersedia bagi auditor ( Mulyadi, 2002: 74).
  1. Data Akuntansi
Salah satu tipe bukti audit adalah data akuntansi. Jurnal, buku besar, buku pembantu serta buku pedoman akuntansi, memorandom dan catatan tidak resmi, seperti daftar lembaran kerja ( worksheet) yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan rekonsiliasi secara keseluruhan merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan . Dipihak lain, tanpa dilandasi oleh kewajaran dan kecermatan data akuntansi yang mendukung laporan keuangan, pendapat auditor atas laporan keuangan tidak akan terjamin.
Auditor menguji data akuntansi yang mendasari laporan  keuangan dengan jalan:
1)      Menganalisis dan me-review
2)      Menelusuri kembali langkah-langkah prosedur yang diikuti dalamm proses akuntansi dan dalam proses pembuatan lembaran kerja dan alokasi yang bersangkutan.
3)      Menghitung kembali dan melakukan rekonsiliasi jumlah0jumlah yang berhubungan dengan penerapan informasi yang sama.
Dalam suatu sistem akuntansi yang dirancang dan yang diselenggarakan dengan baik, akan dapat konsistensi intern. Konsistensi ini dapat ditemukan melalui prosedur yang menghasilkan bukti bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia.    
  1. Informasi Penguat
Bukti audit lain yang dikumpulkan oleh auditor sebagai dasaar pernyataan pendapatnya atas laporan keuangan adalah informasi penguat. Informasi penguat meliputi segala dokumen seperti cek, faktur, surat kontrak, notulen rapt, konfirmasi, dan pernyataan tertulis dari pihak yang mengetahui: informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan keterangan, pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan, fisik; serta informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya untuk menarik kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat.
Dokumen yang relevan yang menunjang pencatan dalam akun-akun dan asersi dalam laporan keuangan, biasanya disimpan dalam arsip perusahaan dan tersedia bagi auditor untuk membuktikan asersi tentang keberadaannya.
  1. Cukup atau Tidaknya Bukti Audit
Cukup atau tidaknya bukti audit berkaitan dengan kuantitas bukti yang harus dikumpulkan oleh auditor yang memerlukan pertimbangan profesional auditor yang memegang peranan yang cukup penting. Faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor dalam menentukan cukup atau tidaknya bukti audit adalah:
  1. Matrealitas dan Resiko
Secara umum untuk jumlah akun yang saldonya besar dalam laporan keuangan diperlukan jumlah bukti yang lebih banyak bila dibandingkan dengan akun yang bersaldo tidak material. Dengan demikian jumlah bukti audit yang dikumpulkan dikumppulkan auditor dalam memeriksa sediaan diperusahaan manufajtur akan lebih  banyak dibandingkan dengan bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor dalam pemeriksaan terhadap surat berharga.
Untuk akun yang memiliki kemungkinan tinggi untuk disajikan salah saji dalam laporan keuangan, jumlah audit yang dkumpulkan oleh auditornya umumnya lebih banyak bila dibandingkan dengan akun yang memiliki kemungkinan kecil untuk salah disajikan dalam laporan keuangan. Karena penyediaan sediaan pada tanggal neraca lebih tinggi bila dibandingkan dengan resiko salah saji tanah.
  1. Faktor Ekonomi
Pengumpulan bukti audit yang dilakukan oleh auditor dibatasi oleh dua faktor: faktor waktu dan biaya. Auditor harus memperimbangkan faktor ekonomi didalam didalam menentukan jumlah dan kompetensi bukti audit yang dikumpulkan. Jika dengan memeriksa sejumlah bukti yang lebih sedikit dapat diperoleh keyakinan yang sama tingginya dengan pemeriksaan terhadap keseluruhan bukti, auditor memilih untuk memeriksa jumlah yang lebih sedikit berdasarkan pertimbangan ekonomi, biaya dan manfaat ( cost and benefit).
  1. Ukuran dan Karakteristik populasi
Dalam pemeriksaan atas-atas unsur-unsur tertentu laporan keuangan, auditor seringkali menggunakan sampling audit. Dalam sampling audit, auditor memilih secara acak sebagian anggota populasi untuk diperiksa karakteristiknya. Umumnya semakin besar populasi semakin banyak jumlah bukti audit yang diperiksa oleh auditor.
Karakteristik populasi ditentukan oleh homogenitas anggota populasu. Jika auditor menghadapi populasi dengan anggota yang homogen, jumlah bukti audit yang dipilih dari populasi tersebut lebih kecil bila dibandingkan dengan populasi yang beranggota hiterogen.
  1. Kompetensi bukti audit
Kompetensi bukti audit berhubungan dengan kualitas atau keandalan data akuntansi dan informasi penguat.
  • Kompetensi Data Akuntansi
Keandalan catatan akuntansi dipengaruhi secara langsung oleh efektivitas pengendalian intern. Pengendalian intern yang kuat menyebabkan keandalan akuntansi dan bukti-bukti lainnya yang dibuat dalam organisasi klien. Sebaliknya pengendalian klien yang lemah seringkali tidak dapat mencegah atau mendeteksi kekeliuran dan ketidakberesan yang terjadi dalam proses akuntansi
  • Kompetensi Informasi Penguat
Kompetensi informasi penguat dipengaruhi oleh:
  1. Relevansi: fakor relevansi berarti bukti audit harus berkaitan dengan tujuan audit. Jika tujuan audit adal untuk menentukan eksistensi sediaan yang dicantumkan oleh klien dalam neraca, auditor harus memperoleh bukti dengan memperoleh bukti dengan melakukan pengamatan terhadap perhitunganfisik sediaan yang dilakukan oleh klien. Namun, bukti audit tersebut tidak akan relevan dengan tujuan audit yang lain., seperti untuk menentukan kepemilikan ( asersi hak dan kewajiban) serta sersi penilaian ( alokasi) sediaan.
  2. Sumber: bukti audit yang berasal dari sumber di luar organisasi klien pada umumnya merupakan bukti yang tingkat kompetensinya dianggap tinggi. Dalam audit, auditor dapat memperoleh informasi secara langsung dengan car pemeriksaan tangan pertama, pengamatan, perhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor tersebut. Auditor juga melakukan pemeriksaan secara tidak langsung
  1. Bukti Audit sebagai Dasar yang Layak untuk Menyatakan Pendapat Auditor
Pertimbangan bukti audit tentang kelayakan bukti audit dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini:
  1. Pertimbangan profesional. Yang menentukan keseragaman penerapan mutu dan jumlah bukti yang diperlukan dalam audit. Pernyataan standar Auditing yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia berisi persyaratan tentang bukti audit  dan memberikan panduan tentang cara yang harus ditempuh oleh auditor untuk memenuhi persyaratan tersebut. Auditor diharuskan memberikan alasan setiap penyimpangan dari Persyaratan Standar Auditing.
  2. Integritas Manajemen. Manajemen bertanggung jawab atas asersi yang tercantum dalam laporan keuangan. Manajemen juga berada dalam posisi untuk mengendalikan sebagian besar bukti penguat dan data akuntansi yang mendukung laporan keuangan. Oleh karena itu, auditor akan meminta bukti kompenten jika terdapat keraguan terhadap integritas manajemen.
  3. Kepemilikan Publik versus Terbatas. Umumnya auditor memerlukan tingkat keyakinan yang lebih tinggi dalam audit atas laporan keuangan perusahaan publik (misalnya PT yang go public) dibandingkan dengan audit atas laporan keuangan perusahaan yang dimiliki oleh kalangan terbatas (misalnya PT Tertutup). Hal ini disebabkan karena dalam audit atas laporan keuangan perusahaan publik, laporan audit digunakan oleh pemakai dari kalangan lebih luas, dan pemakai laporan audit tersebut hanya mengandalkan pengambilan keputusan investasinya terutama atas laporan keuangan auditan.
  4. Kondisi Keuangan. Umumnya jika sesuatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan proses kebangkrutan, pihak-pihak yang berkepentingan, seperti kreditur, akan meletakkan kesalahan di pundak auditor, karena kegagalan auditor untuk memberikan peringatan sebelumnya mengenai memburuknya kondisi keuangan perusahaan. Dalam keadaan ini, auditor harus mempertahankan pendapatnya atas laporan keuangan auditan dan mutu pekerjaan audit yang telah dilaksanakan.
  1. Tipe Bukti Audit
Tipe bukti audit dapat digolongkan menjadi dua ( Mulyadi, 2002: 79) yaitu sebagai berikut:
  1. Tipe Data Akuntansi
Didalam tipe data akuntansi masih dibagi lagi menjadi dua yaitu:
ü  Pengendalian intern sebagai bukti : digunakan untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. kesalahan yang timbul akan segera dan secara otomatisdapat diketahui dengan adanya pengecekan silang ( cross check) dan cara-cara pembuktian ( proff) yang dibentuk didalamnya. Oleh karena itu, jika auditor mengetahui bahwa klien telah merancang pengendalian intern dan telah melaksanakan dalam kegiatan usahanya setiap hari, hal ini merupakan bukti audit yang kuat bagi auditor mengenai keandalan informasi yang dicantumkan dalam laporan keuangan. Kuat dan lemahnya pengendalian intern merupakan faktor utama yang menentukan jumlah bukti audit yang harus dikumpulkan oleh auditor dari berbagai sumber bukti. Semakin kuat pengendalian intern, semakin sedikit bukti audit yang yang harus dikumpulkan sebagai dasar pernyataan pendapat auditor.
ü  Catatan akuntansi sebagai bukti: jurnal, buku besar, dan buku pembantu, rekapitulasi biaya, penjualan, dan rekapitulasi angka yang lain, daftar saldo, laporan keuangan intern, dan laporan keuangan yang dibuat manajemen, merupakan catatan akuntansi yang digunakan oleh klien untuk mengolah transaksi keuangan guna menghasilkan laporan keuangan. Oleh karena itu pada waktu auditor melakukan verifikasi terhadap laporan keuangan, ia akan melakukan penelusuran kembali jumlah tersebut melalui catatan akuntansi. Keandalan catatan akuntansi sebagai bukti audit tergantung pada pengendalian intern yang diterapkan dalam penyelenggaraan catatan akuntansi tersebut.
  
  1. Tipe Informasi Penguat
Terbagi menjadi enam yaitu:
ü  Bukti fisik : bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau perhitungan aktiva berwujud. Tipe bukti ini pada umumnya dikumpulkan oleh auditor dalam pemeriksaan terhadap sediaan dan kas, surat berharga, piutang wesel, investasi jangka panjang, dan aktiva berwujud. Pemeriksaan secara fisik terhadap aktiva merupakan cara langsung untuk membuktikan kebenaran adanya aktiva tersebut. Oleh karena itu, untuk untuk jenis aktiva tertentu, bukti fisik dianggap sebagai buktinyang paling andal dan bermanfaat. Akan tetapi untuk aktiva tertentu bukan  merupakan bukti audit yang cukup untuk menentukan hak kepemilikan terhadap aktiva tersebut dan seringkali bukti audit bukan merupakan bukti yang konklusif sifatnya. Oleh karena itu, meskipun bukti fisik merupakan hal yang penting dalam hal pemeriksaan terhadap aktiva, namun pada umumnya masih harus didukung oleh tipe bukti audit yang lain.
ü  Bukti dokumenter. Dibagi menjadi tiga macam yaitu :
1)      Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas ysng dikirimkan langsung kepada auditor.
2)      Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar yang bebas yang bebas disimpan dalam arsip klien.
3)      Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.
Agar bukti audit yang dihasilkan dalamerupakan bukti audit yang andal, konfirmasi harus diawasi oleh auditor sejak saat pembuatanya sampai dengan diterimanya jawaban dari pihak yang dikonfirmasi. Jika klien mengatur pembuatan konfirmasi, pengiriman, dan penerimaan jawabannya, maka auditor akan kehilangan pengawasan terhadap konfirmasi tersebut, sehingga independensinya akan hilang dan bukti audit yang dihasilkan tidak handal.
Bukti dokumenter yang dibuat oleh puhak luar organisasi klien, yang diperlukan oleh auditor, umumnya disimpan dalam arsip klien. Hal ysng perlu dipertimbangkan dalam menentukan kepercayaan dalam bukti dokumenter ini adalah apakah dokumen tersebut dapat dengan mudah diubah atau dibuat oleh karyawan dalam organisasi klien. Pada umumnya bukti audit yang berasal dari pihak luar dan disimpan dalam arsip klien ini merupakan bukti audit yang relatif lebih handal bila dibandingkan dengan bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien. Bagi auditor bukti audit yang dibuat dan hanya digunakan dalam organisasi klien merupakan bukti audit yang kualitasnya lebih rendah karena tidak adanya pengecekan dari pihak luar yang bebas.
Kepercayaan auditor terhadap jenis dokumen yang dibuat dan hanya digunakan dalam organisasi klien dipengaruhi oleh kekuatan pengendalian intern. Jika suatu dokumen dibuat oleh karyawan dan diperiksa oleh karyawan lain, serta mempunyai nomor urut tercetak dan dapat dipertanggungjawabkan, maka dokumen tersebut merupakan dokumenter yang mutunya tinggi. Dilain pihak jika pengendalian intern dalam organisasi klien lemah maka auditor tidak dapat meletakkan kepercayaannya ats bukti –bukti dokumenter yang dibuat dalam organisasi tersebut, yang tidak diperiksa oleh pihak luar.
Informasi yang dikonfirmasi
Konfirmasi diperoleh dari
Aktiva
  1. Kas di bank
  2. Piutang usaha
  3. Piutang wesel
  4. Sediaan yang dititipkan oleh pihak luar sebagai barang konsunyasi
  5. Sediaan yang disimpan dalam gudang pihak luar

Bank
Debitur
Pembuat wesel
Pihak yang dititipi barang

Perusahaan pergudangan


Utang:
  1. Utang usaha
  2. Utang wesel
  3. Persekot dari costumer
  4. Utang hipotek
  5. Utang obligasi

Kreditur
Kreditur
Custumer
Kreditur
Pemegang obligasi
Modal:
  1. Saham yang beredar
Transfer agents
Informasi lain:
  1. Jumlah pertanggungan asuransi
  2. Utang bersyarat
  3. Surat berharga yang dijaminkan dalam penarikan utang

Perusahaan asuransi

Penasihat hukum perusahaan
kreditur

Salah satu bukti audit yang paling penting yang dibuat dalam organisasi klien adalah surat representasi manajemen (letter of representation atau management representation letter) yaitu surat yang dibuat oleh manajer tertentu dalam organisasi klien atas permintaan auditor, yang berisi fakta tertentu mengenai posisi keuangan dan kegiatan perusahaan. Tujuan auditor meminta representasi manajemen adalah untuk menyadarkan manajemen bahwa tanggung jawab atas kewajaran laporan keuangan terletak ditangan manajemen.
ü  Perhitungan. Contoh tipe bukti audit ini adalah:
1)      Footing, yaitu pembuktian penjumlahan vertikal.
2)      Croos-footing yaitu pembuktian penjumlahan horizontal.
3)      Pembuktiaan ketelitian perhitungan biaya depresiasi dengan cara menggunakan tarif depresiasi yang digunakan oleh klien.
4)      Pembuktian ketelitiaan penentuan taksiran kerugian piutang usaha, laba persaham yang beredar, taksiran pajak perseroan dan lain-lain.
ü  Bukti lisan. Dalam rangka mengumpulkan bukti audit, auditor banyak meminta keterangan secara lisan yang menghasilkan keterangan informasi secara tertulis ataupun lisan. Keterangan yang diminta oleh auditor meliputi: masalah-masalah yang sangat luas, seperti kebijakan akuntansi, lokasi catatan dan dokumen, alasan penggunaan akuntansi yang berlaku umum, kemungkinan pengumpulan piutang usaha yang sudah lam tertagih, dan kemungkinan adanya uang bersyarat.
ü  Perbandingan dan ratio. Bukti ini dikumpulkan oleh auditor pada awal audit untuk membantu penentuan objek audit yang memerlukan penyelidikan yang mendalam dan diperiksa kembali pada akhir audit untuk mengeluarkan kesimpulan-kesimpulan yang dibuat atas dasar-dasar bukti lain.
ü  Bukti dari spesialis. Spesialis adalah seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian atau pengetahuan khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing.

  1. PROSEDUR AUDIT
            Prosedur audit adalah intruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat menentu dalam audit. Prosedur audit yang disebutkan dalam standar tersebut meliputi: inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi.
Audit juga melaksanakan berbagai prosedur audit lainnya untuk mengumpulkan bukti audit yang akan dipakai sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keungan audit. Prosedur audit lain itu meliputi: penelusuran, pemeriksaan bukti pendukung, penghitungan, dan scanning. Dengan demikian, prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor meliputi:
1.      Inspeksi
            Merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen atau kondisi fisik sesuatu. Dengan melakukan inspeksi terhadap sebuah dokumen, auditor akan menentukan keaslian dokumen tersebut. Auditor akan dapat memperoleh informasi mengenai eksistensi dan keadaan fisik aktiva tersebut.
2.      Pengamatan (observation)
            Merupakan prosedur audit yang digunakan oleh auditor untuk melihat atau menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan. Contoh: penghitungan fisik sediaan yang ada di gudang klien, pembuatan dan persetujuan voucher. Dengan pengamatan ini auditor akan memperoleh bukti visual mengenai pelaksanaan suatu kegiatan. Objek yang diamati auditor adalah karyawan, prosedur, dan proses.
3.      Konfirmasi
            Merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung. Prosedur yang biasa ditempuh oleh auditor adalah:
a.       Auditor meminta dari klien untuk menanyakan informasi tertentu kepada pihak luar.
b.      Klien meminta kepada pihak luar yang ditunjuk oleh auditor untuk memberikan jawaban langsung kepada auditor mengenaai informasi.
c.       Auditor menerima jawaban langsung dari pihak ketiga tersebut.
4.      Permintaan keterangan (enquiry)
            Merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta keterangan secara lisan. Contoh: permintaan keterangan auditor mengenai tingkat keusangan sediaan yang ada di gudang.

5.      Penelusuran (tracing)
            Auditor melakukan penelusuran informasi sejak mula-mula data tersebut direkam pertama kali dalam dokumen, dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data tersebut dalam proses akuntansi. Contoh: pemeriksaan terhadap transaksi penjualan yang dimulai oleh auditor dengan memeriksa informasi dalam surat order dari customer, laporan pengiriman barang, faktur penjualan, dan jurnal penjualan. Tujuannya untuk menentukan ketelitian dan kelengkapan catatan akuntansi.
6.      Pemeriksaan dokumen pendukung (vouching)
            Merupakan prosedur audit meliputi:
a.       Inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi atau data keuangan untuk menentukankewajaran dan kebenarannya.
b.      Pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang berkaitan.
Tujuannya untuk memperoleh bukti audit mengenai kebenaran perlakuan akuntansi terhadap transaksi yang terjadi.
7.      Penghitungan (counting)
            Prosedur ini meliputi: (1) Penghitungan fisik terhadap sumber daya terwujud seperti kas atau sediaan di tangan, dan (2) pertanggungjawaban semua formulir bernomor urut tercetak. Penghitungan fisik ini digunakan untuk mengevaluasi bukti fisik kuantitas yang ada di tangan, sedangkan pertanggungjawaban  formulir bernomor urut tercetak digunakan untuk mengevaluasi bukti documenter yang mendukung kelengkapan catatan akuntansi.
8.      Scanning
            Merupakan review secara cepat terhadap dokumen, catatan dan daftar untuk mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidikan lebih mendalam.
9.      Pelaksanaan ulang (reperforming)
            Merupakan pengulangan aktivitas yang dilaksanakan oleh klien. Contoh: penghitungan ulang  jumlah total dalam jurnal, penghitungan ulang biaya depresiasi, biaya bunga terutang, dan perkalian antara kuantitas dengan harga satuan dalam inventory summary sheets.

10.  Teknik audit berbantuan computer (computer-assisted audit techniques)
            Bilamana catatan akuntansi klien diselenggarakan dalam media elektronik, auditor perlu menggunakan computer-assisted audit techniques dalam menggunakan berbagai prosedur audit yang dijelaskan di atas. Contoh: penghitungan jumlah saldo piutang usaha menurut buku pembantu piutang usaha, pemilihan nama debitur yang akan dikirimi surat konfirmasi. SA Seksi 327 Teknik Audit Berbantuan Komputer memberikan panduan bagi auditor tentang penggunaan computer dalam audit di lingkungan system informasi computer.

  1. SITUASI AUDIT YANG MENGANDUNG RISIKO BESAR
            Auditor harus waspada jika menghadapi situasi audit yang mengandung risiko besar seperti ini.
Pengendalian Intern yang Lemah
Pengendalian intern menentukan jumlah dan kualitas bukti yang harus dikumpulkan oleh auditor.dalam suatu bidang lemah, auditor harus waspada dan mengumpulkan bentuk bukti audit rinci yang lain yang dapat mengganti bukti-bukti yang dihasilkan oleh pengendalian intern yang lemh tersebut.
Kondisi Keuangan yang tidak Sehat
Suatu perusahaan mengalami kerugian atau dalam posisi yang sulit untuk melunasi utangnya akan mempunyai kecendrungan untuk menunda penghapusan piutangnya yang sudah sulit untuk ditagih atau sediaan barang dagangnya yang sudah tidak laku dijual atau lupa mencatat utangnya,terjadi dalam perusahaan yang keadaan uangnya baik.
Manajemen yang tidak dapat Dipercaya
Sebelum menerima suatu perusahaan sebagai klien, auditor harus memperoleh informasi mengenai latar belakang atau riwayat direkturnya dan manajernya.
Pengganti Auditor
Disebabkan oleh ketidakpuasan klien terhadap jasa yang diberikan oleh auditor yang lama. Tetapi, sering kali terjadinya pergantian auditor tersebut disebabkan oleh adanya perselisihan antara klien dengan auditor publiknya mengenai penyajian laporan keuangan dan pengungkapannya.
Perubahan Tarif atau Pajak atau Laba
Jika tarif pajak penghasilan tiba-tiba besar, maka reaksi wajar perusahaan yang terkena mencari cara meminimumkan  penghasilan atau laba kena pajak. Sering kali beban pajak ini menyebabkan pergantian prinsip akuntansi yang diterapkan dalam perusahaan dan penafsiran transaksi perusahaan yang tidak konsisten dengan yang telah diikuti dalam tahun-tahun sebelumnya.
Usaha yang Bersifat Spekulatif
Auditor yang melaksanakan audit terhadap laporan keuangan yang kegiatannya dalam usaha yang sifatnya lebih spekulatif akan menghadapi risiko yang lebih besar bila dibandingkan dengan auditor yang melakukan audit terhadap perusahaan yang kegiatan usahanya relative stabil dalam jangka panjang.
Transaksi Perusahaan yang Kompleks
Klien yang kegiatannya menghasilkan transaksi yang sangat rumit merupakan klien yang mengandung risiko besar bagi auditor bila dibandingkan dengan klien yang bersifat konvensional.
Keputusan Yang Harus Diambil Oleh Auditor
Berkaitan Dengan Bukti Audit
Auditor melakukan empat pengambilan keputusan yang sering berkaitan, yaitu:
1.      Penentuan prosedur audit yang akan digunakan.
2.      Penentuan besarnya sampel untuk prosedur audit tertentu.
3.      Pennetuan unsure tertentu yang harus dipilih dari populasi.
4.      Penentuan waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit tersebut.
Penentuan Prosedur Audit yang Akan Digunakan
Untuk mengumpulkan bukti audit, auditor menggunakan prosedur audit. Contoh prosedur audit disajikan sebagai berikut ini.
1.      Hitung penerimaan kas yang belum disetor pada tanggal neraca dan awasi uang kas tersebut sampai dengan saat penyetoran ke bank.
2.      Mintalah cut-off bank statement dari bank kira-kira untuk jangka waktu dua minggu setelah tanggal neraca.
3.      Lakukan pengamatan terhadap penghitungan fisik sediaan yang diselenggarakan oleh klien.
Penentuan Besarnya Sampel
Jika prosedur audit telah ditetapkan, auditor dapat menentukan besarnya sampel yang berbeda dari satu unsure dengan unsure yang lain dalam populasi yang sedang diperiksa. Besarnya sampel akan berbeda-beda di antara audit yang satu dengan audit yang lain dan dari prosedur yang satu ke prosedur audit yang lain.
Penentuan Unsur Tertentu yang Dipilih Anggota Sampel
Contoh: auditor telah menentukan bahwa 400 faktur penjualan dari populasi sebesar 1500 akan diperiksa mengenai otorisasi dan yang tercantum di dalamnya. Tiga metode yang mungkindigunakan oleh auditor adalah: (1) memilih minggu tertentu sebagai periode pengujian (test period) dan memeriksa 400 faktur penjualan pertama yang dibuat dalam minggu tersebut,(2) memilih 400 faktur penjualan yang berisi total rupiah diatas Rp 40.000, (3) memilih 400 faktur penjualan tersebut secara acak.
Penentuan Waktu yang Cocok untuk Melaksanakan Prosedur Audit
Karena audit terhadap laporan keuangan meliputi suatu jangka waktu tertentu, biasanya 1 tahun, maka auditor dapat mulai mengumpulkan buku audit segera setelah awal tahun. Umumnya, klien menghendaki audit diselesaikan dalam jangka waktu satu sampai dengan tiga bulan setelah 3 bulan setelah tanggal neraca.

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan Publik. Jakarta : Salemba Empat
Arens, Alvin A., Randal J. Elder dan Mark S Beasly. 2008. Auditing dan Jasa Assurance: pendekatan Terintregasi Jilid I. Jakarta : Erlangga
Mulyadi. 2002. Auditing. Jakarta: Salemba Empat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar