PENDAHULUAN
Auditing(pemeriksaan)
merupakan suatu proses sistematik yang dilakukan oleh orang yang independen
untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai sejumlah informasi
yang berhubungan dengan kesatuan ekonomi, dengan tujuan yang menetapkan tingkat
kesesuaian antara sejumlah informasi tersebut dengan persyaratan-persyaratan
yang telah ditetapkan.
Sebagai dasar untuk
memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diperiksanya, akuntan publik
harus mengumpulkan bukti-bukti dalam pemeriksaan tersebut. Meskipun catatan
kuitansi yang ada menyediakan bukti pemeriksaan yang cukup untuk menjadi
pendukung pendapat auditor, namun catatan tersebut bukan merupakan satu-satunya
bukti pemeriksaan yang dikumpulkan oleh auditor.
Pengumpulan bukti pemeriksaan
dapat diperoleh dari pengamatan langsung terhadap aktiva, wawancara, serta
melalui berbagai sumbar dari luar pemeriksaan klien. Standar pekerjaan lapangan
telah menyatakan: Bukti audit kompeten
yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan, pertanyaan,
dan konfirmasi sehingga dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang diaudit.
Ukuran keabsahan bukti
tersebut untuk tujuan audit tergantung pada pertimbangan auditor independen.
Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh
auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang
diauditnya. Ketepatan sasaran, objektivitas, ketepatan waktu, dan keberadaan
bukti audit lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap
kompetensi bukti( tingkat dimana bukti yang diperoleh dapat dipercaya ).
PEMBAHASAN
- BUKTI AUDIT
- Pengertian Bukti Audit
Bukti
audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain
yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor
sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang
mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi
penguat ( controlling information)
yang tersedia bagi auditor ( Mulyadi, 2002: 74).
- Data Akuntansi
Salah
satu tipe bukti audit adalah data akuntansi. Jurnal, buku besar, buku pembantu
serta buku pedoman akuntansi, memorandom dan catatan tidak resmi, seperti
daftar lembaran kerja ( worksheet)
yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, dan rekonsiliasi secara keseluruhan
merupakan bukti yang mendukung laporan keuangan . Dipihak lain, tanpa dilandasi
oleh kewajaran dan kecermatan data akuntansi yang mendukung laporan keuangan,
pendapat auditor atas laporan keuangan tidak akan terjamin.
Auditor
menguji data akuntansi yang mendasari laporan
keuangan dengan jalan:
1) Menganalisis
dan me-review
2) Menelusuri
kembali langkah-langkah prosedur yang diikuti dalamm proses akuntansi dan dalam
proses pembuatan lembaran kerja dan alokasi yang bersangkutan.
3) Menghitung
kembali dan melakukan rekonsiliasi jumlah0jumlah yang berhubungan dengan
penerapan informasi yang sama.
Dalam
suatu sistem akuntansi yang dirancang dan yang diselenggarakan dengan baik,
akan dapat konsistensi intern. Konsistensi ini dapat ditemukan melalui prosedur
yang menghasilkan bukti bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas yang
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia.
- Informasi Penguat
Bukti
audit lain yang dikumpulkan oleh auditor sebagai dasaar pernyataan pendapatnya
atas laporan keuangan adalah informasi penguat. Informasi penguat meliputi
segala dokumen seperti cek, faktur, surat kontrak, notulen rapt, konfirmasi,
dan pernyataan tertulis dari pihak yang mengetahui: informasi yang diperoleh
auditor melalui permintaan keterangan, pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan, fisik;
serta informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang
memungkinkannya untuk menarik kesimpulan berdasarkan alasan yang kuat.
Dokumen
yang relevan yang menunjang pencatan dalam akun-akun dan asersi dalam laporan
keuangan, biasanya disimpan dalam arsip perusahaan dan tersedia bagi auditor
untuk membuktikan asersi tentang keberadaannya.
- Cukup atau Tidaknya Bukti Audit
Cukup
atau tidaknya bukti audit berkaitan dengan kuantitas bukti yang harus
dikumpulkan oleh auditor yang memerlukan pertimbangan profesional auditor yang
memegang peranan yang cukup penting. Faktor yang mempengaruhi pertimbangan
auditor dalam menentukan cukup atau tidaknya bukti audit adalah:
- Matrealitas dan Resiko
Secara
umum untuk jumlah akun yang saldonya besar dalam laporan keuangan diperlukan
jumlah bukti yang lebih banyak bila dibandingkan dengan akun yang bersaldo
tidak material. Dengan demikian jumlah bukti audit yang dikumpulkan
dikumppulkan auditor dalam memeriksa sediaan diperusahaan manufajtur akan
lebih banyak dibandingkan dengan bukti
audit yang dikumpulkan oleh auditor dalam pemeriksaan terhadap surat berharga.
Untuk
akun yang memiliki kemungkinan tinggi untuk disajikan salah saji dalam laporan
keuangan, jumlah audit yang dkumpulkan oleh auditornya umumnya lebih banyak
bila dibandingkan dengan akun yang memiliki kemungkinan kecil untuk salah
disajikan dalam laporan keuangan. Karena penyediaan sediaan pada tanggal neraca
lebih tinggi bila dibandingkan dengan resiko salah saji tanah.
- Faktor Ekonomi
Pengumpulan
bukti audit yang dilakukan oleh auditor dibatasi oleh dua faktor: faktor waktu
dan biaya. Auditor harus memperimbangkan faktor ekonomi didalam didalam
menentukan jumlah dan kompetensi bukti audit yang dikumpulkan. Jika dengan
memeriksa sejumlah bukti yang lebih sedikit dapat diperoleh keyakinan yang sama
tingginya dengan pemeriksaan terhadap keseluruhan bukti, auditor memilih untuk
memeriksa jumlah yang lebih sedikit berdasarkan pertimbangan ekonomi, biaya dan
manfaat ( cost and benefit).
- Ukuran dan Karakteristik populasi
Dalam
pemeriksaan atas-atas unsur-unsur tertentu laporan keuangan, auditor seringkali
menggunakan sampling audit. Dalam sampling audit, auditor memilih secara acak
sebagian anggota populasi untuk diperiksa karakteristiknya. Umumnya semakin
besar populasi semakin banyak jumlah bukti audit yang diperiksa oleh auditor.
Karakteristik
populasi ditentukan oleh homogenitas anggota populasu. Jika auditor menghadapi
populasi dengan anggota yang homogen, jumlah bukti audit yang dipilih dari
populasi tersebut lebih kecil bila dibandingkan dengan populasi yang beranggota
hiterogen.
- Kompetensi bukti audit
Kompetensi
bukti audit berhubungan dengan kualitas atau keandalan data akuntansi dan
informasi penguat.
- Kompetensi Data Akuntansi
Keandalan
catatan akuntansi dipengaruhi secara langsung oleh efektivitas pengendalian
intern. Pengendalian intern yang kuat menyebabkan keandalan akuntansi dan
bukti-bukti lainnya yang dibuat dalam organisasi klien. Sebaliknya pengendalian
klien yang lemah seringkali tidak dapat mencegah atau mendeteksi kekeliuran dan
ketidakberesan yang terjadi dalam proses akuntansi
- Kompetensi Informasi Penguat
Kompetensi
informasi penguat dipengaruhi oleh:
- Relevansi: fakor relevansi berarti bukti audit harus berkaitan dengan tujuan audit. Jika tujuan audit adal untuk menentukan eksistensi sediaan yang dicantumkan oleh klien dalam neraca, auditor harus memperoleh bukti dengan memperoleh bukti dengan melakukan pengamatan terhadap perhitunganfisik sediaan yang dilakukan oleh klien. Namun, bukti audit tersebut tidak akan relevan dengan tujuan audit yang lain., seperti untuk menentukan kepemilikan ( asersi hak dan kewajiban) serta sersi penilaian ( alokasi) sediaan.
- Sumber: bukti audit yang berasal dari sumber di luar organisasi klien pada umumnya merupakan bukti yang tingkat kompetensinya dianggap tinggi. Dalam audit, auditor dapat memperoleh informasi secara langsung dengan car pemeriksaan tangan pertama, pengamatan, perhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor tersebut. Auditor juga melakukan pemeriksaan secara tidak langsung
- Bukti Audit sebagai Dasar yang Layak untuk Menyatakan Pendapat Auditor
Pertimbangan
bukti audit tentang kelayakan bukti audit dipengaruhi oleh beberapa faktor
berikut ini:
- Pertimbangan profesional. Yang menentukan keseragaman penerapan mutu dan jumlah bukti yang diperlukan dalam audit. Pernyataan standar Auditing yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia berisi persyaratan tentang bukti audit dan memberikan panduan tentang cara yang harus ditempuh oleh auditor untuk memenuhi persyaratan tersebut. Auditor diharuskan memberikan alasan setiap penyimpangan dari Persyaratan Standar Auditing.
- Integritas Manajemen. Manajemen bertanggung jawab atas asersi yang tercantum dalam laporan keuangan. Manajemen juga berada dalam posisi untuk mengendalikan sebagian besar bukti penguat dan data akuntansi yang mendukung laporan keuangan. Oleh karena itu, auditor akan meminta bukti kompenten jika terdapat keraguan terhadap integritas manajemen.
- Kepemilikan Publik versus Terbatas. Umumnya auditor memerlukan tingkat keyakinan yang lebih tinggi dalam audit atas laporan keuangan perusahaan publik (misalnya PT yang go public) dibandingkan dengan audit atas laporan keuangan perusahaan yang dimiliki oleh kalangan terbatas (misalnya PT Tertutup). Hal ini disebabkan karena dalam audit atas laporan keuangan perusahaan publik, laporan audit digunakan oleh pemakai dari kalangan lebih luas, dan pemakai laporan audit tersebut hanya mengandalkan pengambilan keputusan investasinya terutama atas laporan keuangan auditan.
- Kondisi Keuangan. Umumnya jika sesuatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan proses kebangkrutan, pihak-pihak yang berkepentingan, seperti kreditur, akan meletakkan kesalahan di pundak auditor, karena kegagalan auditor untuk memberikan peringatan sebelumnya mengenai memburuknya kondisi keuangan perusahaan. Dalam keadaan ini, auditor harus mempertahankan pendapatnya atas laporan keuangan auditan dan mutu pekerjaan audit yang telah dilaksanakan.
- Tipe Bukti Audit
Tipe
bukti audit dapat digolongkan menjadi dua ( Mulyadi, 2002: 79) yaitu sebagai
berikut:
- Tipe Data Akuntansi
Didalam
tipe data akuntansi masih dibagi lagi menjadi dua yaitu:
ü Pengendalian
intern sebagai bukti : digunakan untuk mengecek ketelitian dan keandalan data
akuntansi. kesalahan yang timbul akan segera dan secara otomatisdapat diketahui
dengan adanya pengecekan silang ( cross
check) dan cara-cara pembuktian ( proff)
yang dibentuk didalamnya. Oleh karena itu, jika auditor mengetahui bahwa klien
telah merancang pengendalian intern dan telah melaksanakan dalam kegiatan
usahanya setiap hari, hal ini merupakan bukti audit yang kuat bagi auditor
mengenai keandalan informasi yang dicantumkan dalam laporan keuangan. Kuat dan
lemahnya pengendalian intern merupakan faktor utama yang menentukan jumlah
bukti audit yang harus dikumpulkan oleh auditor dari berbagai sumber bukti. Semakin
kuat pengendalian intern, semakin sedikit bukti audit yang yang harus
dikumpulkan sebagai dasar pernyataan pendapat auditor.
ü Catatan
akuntansi sebagai bukti: jurnal, buku besar, dan buku pembantu, rekapitulasi
biaya, penjualan, dan rekapitulasi angka yang lain, daftar saldo, laporan
keuangan intern, dan laporan keuangan yang dibuat manajemen, merupakan catatan
akuntansi yang digunakan oleh klien untuk mengolah transaksi keuangan guna
menghasilkan laporan keuangan. Oleh karena itu pada waktu auditor melakukan
verifikasi terhadap laporan keuangan, ia akan melakukan penelusuran kembali
jumlah tersebut melalui catatan akuntansi. Keandalan catatan akuntansi sebagai
bukti audit tergantung pada pengendalian intern yang diterapkan dalam
penyelenggaraan catatan akuntansi tersebut.
- Tipe Informasi Penguat
Terbagi
menjadi enam yaitu:
ü Bukti
fisik : bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau perhitungan aktiva
berwujud. Tipe bukti ini pada umumnya dikumpulkan oleh auditor dalam
pemeriksaan terhadap sediaan dan kas, surat berharga, piutang wesel, investasi
jangka panjang, dan aktiva berwujud. Pemeriksaan secara fisik terhadap aktiva
merupakan cara langsung untuk membuktikan kebenaran adanya aktiva tersebut.
Oleh karena itu, untuk untuk jenis aktiva tertentu, bukti fisik dianggap
sebagai buktinyang paling andal dan bermanfaat. Akan tetapi untuk aktiva
tertentu bukan merupakan bukti audit
yang cukup untuk menentukan hak kepemilikan terhadap aktiva tersebut dan
seringkali bukti audit bukan merupakan bukti yang konklusif sifatnya. Oleh
karena itu, meskipun bukti fisik merupakan hal yang penting dalam hal
pemeriksaan terhadap aktiva, namun pada umumnya masih harus didukung oleh tipe
bukti audit yang lain.
ü Bukti
dokumenter. Dibagi menjadi tiga macam yaitu :
1) Bukti
dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas ysng dikirimkan langsung
kepada auditor.
2) Bukti
dokumenter yang dibuat pihak luar yang bebas yang bebas disimpan dalam arsip
klien.
3) Bukti
dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.
Agar
bukti audit yang dihasilkan dalamerupakan bukti audit yang andal, konfirmasi
harus diawasi oleh auditor sejak saat pembuatanya sampai dengan diterimanya
jawaban dari pihak yang dikonfirmasi. Jika klien mengatur pembuatan konfirmasi,
pengiriman, dan penerimaan jawabannya, maka auditor akan kehilangan pengawasan
terhadap konfirmasi tersebut, sehingga independensinya akan hilang dan bukti
audit yang dihasilkan tidak handal.
Bukti
dokumenter yang dibuat oleh puhak luar organisasi klien, yang diperlukan oleh
auditor, umumnya disimpan dalam arsip klien. Hal ysng perlu dipertimbangkan
dalam menentukan kepercayaan dalam bukti dokumenter ini adalah apakah dokumen
tersebut dapat dengan mudah diubah atau dibuat oleh karyawan dalam organisasi
klien. Pada umumnya bukti audit yang berasal dari pihak luar dan disimpan dalam
arsip klien ini merupakan bukti audit yang relatif lebih handal bila
dibandingkan dengan bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi
klien. Bagi auditor bukti audit yang dibuat dan hanya digunakan dalam
organisasi klien merupakan bukti audit yang kualitasnya lebih rendah karena
tidak adanya pengecekan dari pihak luar yang bebas.
Kepercayaan
auditor terhadap jenis dokumen yang dibuat dan hanya digunakan dalam organisasi
klien dipengaruhi oleh kekuatan pengendalian intern. Jika suatu dokumen dibuat
oleh karyawan dan diperiksa oleh karyawan lain, serta mempunyai nomor urut
tercetak dan dapat dipertanggungjawabkan, maka dokumen tersebut merupakan
dokumenter yang mutunya tinggi. Dilain pihak jika pengendalian intern dalam
organisasi klien lemah maka auditor tidak dapat meletakkan kepercayaannya ats
bukti –bukti dokumenter yang dibuat dalam organisasi tersebut, yang tidak
diperiksa oleh pihak luar.
Informasi yang
dikonfirmasi
|
Konfirmasi diperoleh
dari
|
Aktiva
|
Bank
Debitur
Pembuat wesel
Pihak yang dititipi barang
Perusahaan pergudangan
|
Utang:
|
Kreditur
Kreditur
Custumer
Kreditur
Pemegang obligasi
|
Modal:
|
Transfer agents
|
Informasi lain:
|
Perusahaan asuransi
Penasihat hukum perusahaan
kreditur
|
Salah
satu bukti audit yang paling penting yang dibuat dalam organisasi klien adalah
surat representasi manajemen (letter of
representation atau management representation letter) yaitu surat yang
dibuat oleh manajer tertentu dalam organisasi klien atas permintaan auditor,
yang berisi fakta tertentu mengenai posisi keuangan dan kegiatan perusahaan.
Tujuan auditor meminta representasi manajemen adalah untuk menyadarkan
manajemen bahwa tanggung jawab atas kewajaran laporan keuangan terletak
ditangan manajemen.
ü Perhitungan.
Contoh tipe bukti audit ini adalah:
1)
Footing,
yaitu pembuktian penjumlahan vertikal.
2)
Croos-footing
yaitu
pembuktian penjumlahan horizontal.
3)
Pembuktiaan ketelitian perhitungan
biaya depresiasi dengan cara menggunakan tarif depresiasi yang digunakan oleh
klien.
4)
Pembuktian ketelitiaan penentuan
taksiran kerugian piutang usaha, laba persaham yang beredar, taksiran pajak
perseroan dan lain-lain.
ü Bukti
lisan. Dalam rangka mengumpulkan bukti audit, auditor banyak meminta keterangan
secara lisan yang menghasilkan keterangan informasi secara tertulis ataupun
lisan. Keterangan yang diminta oleh auditor meliputi: masalah-masalah yang
sangat luas, seperti kebijakan akuntansi, lokasi catatan dan dokumen, alasan
penggunaan akuntansi yang berlaku umum, kemungkinan pengumpulan piutang usaha
yang sudah lam tertagih, dan kemungkinan adanya uang bersyarat.
ü Perbandingan
dan ratio. Bukti ini dikumpulkan oleh auditor pada awal audit untuk membantu
penentuan objek audit yang memerlukan penyelidikan yang mendalam dan diperiksa
kembali pada akhir audit untuk mengeluarkan kesimpulan-kesimpulan yang dibuat
atas dasar-dasar bukti lain.
ü Bukti
dari spesialis. Spesialis adalah seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian
atau pengetahuan khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing.
- PROSEDUR AUDIT
Prosedur audit adalah intruksi rinci untuk mengumpulkan
tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat menentu dalam audit.
Prosedur audit yang disebutkan dalam standar tersebut meliputi: inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi.
Audit juga melaksanakan
berbagai prosedur audit lainnya untuk mengumpulkan bukti audit yang akan
dipakai sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keungan audit.
Prosedur audit lain itu meliputi: penelusuran, pemeriksaan bukti pendukung,
penghitungan, dan scanning. Dengan demikian, prosedur audit yang biasa
dilakukan oleh auditor meliputi:
1. Inspeksi
Merupakan pemeriksaan secara rinci
terhadap dokumen atau kondisi fisik sesuatu. Dengan melakukan inspeksi terhadap
sebuah dokumen, auditor akan menentukan keaslian dokumen tersebut. Auditor akan
dapat memperoleh informasi mengenai eksistensi dan keadaan fisik aktiva
tersebut.
2. Pengamatan
(observation)
Merupakan prosedur audit yang
digunakan oleh auditor untuk melihat atau menyaksikan pelaksanaan suatu
kegiatan. Contoh: penghitungan fisik sediaan yang ada di gudang klien,
pembuatan dan persetujuan voucher.
Dengan pengamatan ini auditor akan memperoleh bukti visual mengenai pelaksanaan
suatu kegiatan. Objek yang diamati auditor adalah karyawan, prosedur, dan
proses.
3. Konfirmasi
Merupakan bentuk penyelidikan yang
memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung. Prosedur yang biasa
ditempuh oleh auditor adalah:
a. Auditor
meminta dari klien untuk menanyakan informasi tertentu kepada pihak luar.
b. Klien
meminta kepada pihak luar yang ditunjuk oleh auditor untuk memberikan jawaban
langsung kepada auditor mengenaai informasi.
c. Auditor
menerima jawaban langsung dari pihak ketiga tersebut.
4. Permintaan
keterangan (enquiry)
Merupakan prosedur audit yang
dilakukan dengan meminta keterangan secara lisan. Contoh: permintaan keterangan
auditor mengenai tingkat keusangan sediaan yang ada di gudang.
5. Penelusuran
(tracing)
Auditor melakukan penelusuran
informasi sejak mula-mula data tersebut direkam pertama kali dalam dokumen,
dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data tersebut dalam proses akuntansi.
Contoh: pemeriksaan terhadap transaksi penjualan yang dimulai oleh auditor
dengan memeriksa informasi dalam surat order dari customer, laporan pengiriman barang, faktur penjualan, dan jurnal
penjualan. Tujuannya untuk menentukan ketelitian dan kelengkapan catatan
akuntansi.
6. Pemeriksaan
dokumen pendukung (vouching)
Merupakan prosedur audit meliputi:
a. Inspeksi
terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi atau data keuangan
untuk menentukankewajaran dan kebenarannya.
b. Pembandingan
dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang berkaitan.
Tujuannya
untuk memperoleh bukti audit mengenai kebenaran perlakuan akuntansi terhadap
transaksi yang terjadi.
7. Penghitungan
(counting)
Prosedur ini meliputi: (1)
Penghitungan fisik terhadap sumber daya terwujud seperti kas atau sediaan di
tangan, dan (2) pertanggungjawaban semua formulir bernomor urut tercetak.
Penghitungan fisik ini digunakan untuk mengevaluasi bukti fisik kuantitas yang
ada di tangan, sedangkan pertanggungjawaban
formulir bernomor urut tercetak digunakan untuk mengevaluasi bukti
documenter yang mendukung kelengkapan catatan akuntansi.
8. Scanning
Merupakan review secara cepat terhadap dokumen, catatan dan daftar untuk
mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidikan
lebih mendalam.
9. Pelaksanaan
ulang (reperforming)
Merupakan pengulangan aktivitas yang
dilaksanakan oleh klien. Contoh: penghitungan ulang jumlah total dalam jurnal, penghitungan ulang
biaya depresiasi, biaya bunga terutang, dan perkalian antara kuantitas dengan
harga satuan dalam inventory summary sheets.
10. Teknik
audit berbantuan computer (computer-assisted
audit techniques)
Bilamana catatan akuntansi klien
diselenggarakan dalam media elektronik, auditor perlu menggunakan computer-assisted audit techniques dalam
menggunakan berbagai prosedur audit yang dijelaskan di atas. Contoh:
penghitungan jumlah saldo piutang usaha menurut buku pembantu piutang usaha,
pemilihan nama debitur yang akan dikirimi surat konfirmasi. SA Seksi 327 Teknik
Audit Berbantuan Komputer memberikan panduan bagi auditor tentang penggunaan
computer dalam audit di lingkungan system informasi computer.
- SITUASI AUDIT YANG MENGANDUNG RISIKO BESAR
Auditor harus waspada jika menghadapi situasi audit yang
mengandung risiko besar seperti ini.
Pengendalian
Intern yang Lemah
Pengendalian intern
menentukan jumlah dan kualitas bukti yang harus dikumpulkan oleh auditor.dalam
suatu bidang lemah, auditor harus waspada dan mengumpulkan bentuk bukti audit
rinci yang lain yang dapat mengganti bukti-bukti yang dihasilkan oleh
pengendalian intern yang lemh tersebut.
Kondisi
Keuangan yang tidak Sehat
Suatu perusahaan
mengalami kerugian atau dalam posisi yang sulit untuk melunasi utangnya akan
mempunyai kecendrungan untuk menunda penghapusan piutangnya yang sudah sulit
untuk ditagih atau sediaan barang dagangnya yang sudah tidak laku dijual atau
lupa mencatat utangnya,terjadi dalam perusahaan yang keadaan uangnya baik.
Manajemen
yang tidak dapat Dipercaya
Sebelum menerima suatu
perusahaan sebagai klien, auditor harus memperoleh informasi mengenai latar
belakang atau riwayat direkturnya dan manajernya.
Pengganti
Auditor
Disebabkan oleh
ketidakpuasan klien terhadap jasa yang diberikan oleh auditor yang lama.
Tetapi, sering kali terjadinya pergantian auditor tersebut disebabkan oleh adanya
perselisihan antara klien dengan auditor publiknya mengenai penyajian laporan
keuangan dan pengungkapannya.
Perubahan
Tarif atau Pajak atau Laba
Jika tarif pajak
penghasilan tiba-tiba besar, maka reaksi wajar perusahaan yang terkena mencari
cara meminimumkan penghasilan atau laba
kena pajak. Sering kali beban pajak ini menyebabkan pergantian prinsip
akuntansi yang diterapkan dalam perusahaan dan penafsiran transaksi perusahaan
yang tidak konsisten dengan yang telah diikuti dalam tahun-tahun sebelumnya.
Usaha
yang Bersifat Spekulatif
Auditor yang
melaksanakan audit terhadap laporan keuangan yang kegiatannya dalam usaha yang
sifatnya lebih spekulatif akan menghadapi risiko yang lebih besar bila
dibandingkan dengan auditor yang melakukan audit terhadap perusahaan yang
kegiatan usahanya relative stabil dalam jangka panjang.
Transaksi
Perusahaan yang Kompleks
Klien yang kegiatannya
menghasilkan transaksi yang sangat rumit merupakan klien yang mengandung risiko
besar bagi auditor bila dibandingkan dengan klien yang bersifat konvensional.
Keputusan
Yang Harus Diambil Oleh Auditor
Berkaitan
Dengan Bukti Audit
Auditor melakukan empat
pengambilan keputusan yang sering berkaitan, yaitu:
1. Penentuan
prosedur audit yang akan digunakan.
2. Penentuan
besarnya sampel untuk prosedur audit tertentu.
3. Pennetuan
unsure tertentu yang harus dipilih dari populasi.
4. Penentuan
waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit tersebut.
Penentuan
Prosedur Audit yang Akan Digunakan
Untuk mengumpulkan
bukti audit, auditor menggunakan prosedur audit. Contoh prosedur audit
disajikan sebagai berikut ini.
1. Hitung
penerimaan kas yang belum disetor pada tanggal neraca dan awasi uang kas
tersebut sampai dengan saat penyetoran ke bank.
2. Mintalah
cut-off bank statement dari bank
kira-kira untuk jangka waktu dua minggu setelah tanggal neraca.
3. Lakukan
pengamatan terhadap penghitungan fisik sediaan yang diselenggarakan oleh klien.
Penentuan
Besarnya Sampel
Jika prosedur audit
telah ditetapkan, auditor dapat menentukan besarnya sampel yang berbeda dari
satu unsure dengan unsure yang lain dalam populasi yang sedang diperiksa.
Besarnya sampel akan berbeda-beda di antara audit yang satu dengan audit yang
lain dan dari prosedur yang satu ke prosedur audit yang lain.
Penentuan
Unsur Tertentu yang Dipilih Anggota Sampel
Contoh: auditor telah
menentukan bahwa 400 faktur penjualan dari populasi sebesar 1500 akan diperiksa
mengenai otorisasi dan yang tercantum di dalamnya. Tiga metode yang
mungkindigunakan oleh auditor adalah: (1) memilih minggu tertentu sebagai
periode pengujian (test period) dan
memeriksa 400 faktur penjualan pertama yang dibuat dalam minggu tersebut,(2)
memilih 400 faktur penjualan yang berisi total rupiah diatas Rp 40.000, (3)
memilih 400 faktur penjualan tersebut secara acak.
Penentuan
Waktu yang Cocok untuk Melaksanakan Prosedur Audit
Karena audit terhadap
laporan keuangan meliputi suatu jangka waktu tertentu, biasanya 1 tahun, maka
auditor dapat mulai mengumpulkan buku audit segera setelah awal tahun. Umumnya,
klien menghendaki audit diselesaikan dalam jangka waktu satu sampai dengan tiga
bulan setelah 3 bulan setelah tanggal neraca.
DAFTAR
PUSTAKA
Agoes,
Sukrisno. 2012. Auditing: Petunjuk
Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan Publik. Jakarta : Salemba Empat
Arens,
Alvin A., Randal J. Elder dan Mark S Beasly. 2008. Auditing dan Jasa Assurance: pendekatan Terintregasi Jilid I.
Jakarta : Erlangga
Mulyadi.
2002. Auditing. Jakarta: Salemba
Empat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar