PENDAHULUAN
Auditing merupakan suatu proses dengan apa seseorang yang mampu dan
independen dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti dari keterangan yang
terukur dari suatu kesatuan ekonomi dengan tujuan untuk mempertimbangkan dan
melaporkan tingkat kesesuaian dari keterangan yang terukur tersebut dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Untuk melaksanakan suatu audit (pemeriksaan), selalu
diperlukan keterangan dalam bentuk yang dapat dibuktikan dan standar-standar
atau kriteria yang dapat dipakai oleh auditor sebagai pegangan untuk
mengevaluasi keterangan tersebut.
Audit
dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan tidak memihak yang disebut
auditor. Dengan tujuan untuk
melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah diselesikan atau berjalan
sesuai standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan diterima.
Kertas Kerja
(working paper) merupakan mata rantai yang menghubungkan catatan klien dengan
laporan audit. Kertas Kerja Audit (KKA) merupakan catatan-catatan yang dibuat
dan data-data yang dikumpulkan auditor secara sistematis pada saat melaksanakan
tugas audit. Hal itu untuk memberikan gambaran yang lengkap terhadap proses
audit. KKA harus mencerminkan langkah-langkah kerja audit yang ditempuh,
pengujian-pengujian yang dilakukan, informasi yang diperoleh, dan kesimpulan
hasil audit. Oleh karena itu, kertas kerja merupakan alat penting dalam profesi
akuntan publik. Dan dalam resuman
ini akan memaparkan mengenai Kertas Kerja Audit.
A.
KONSEP
KERTAS KERJA
Definisi Kertas Kerja
SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraf 03 mendefinisikan kertas kerja sebagai
berikut: “kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan oleh auditor
mengenai prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya,
informasi yang diperolehnya, dan simpulan yag dibuatnya sehubungan dengan
auditnya.” Contoh kertas kerja adalah program audit, hasil pemahaman terhadap
pengendalian intern, analisis, memorandum, surat konfirmasi, representasi,
klien, ikhtisar dari dokumen-dokumen perusahaan, dan daftar atau komentar yang
dibuat atau diperoleh auditor. Kertas kerja dapat pula berupa data yag disimpan
dalam pita magnetik, film atau media yang lain.
Isi Kertas Kerja
Dalam SA 339 dikemukakan bahwa
kertas biasanya berisi dokumentasi yang memperlihatkan :
a. Pemeriksaan
telah direncanakan dan disupervisi dengan baik, yang menunjukkan
dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang pertama
b. Pemahaman
yang memadai atas struktur pengendalian intern telah diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang telah
dilakukan
c. Bukti
audit telah diperoleh, prosedur pemeriksaan yang telah diterapkan dan pengujian
yang telah dilaksanakan, yang memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai
dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan,
yang menunjukkan dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang ketiga
Tujuan Pembuatan Kertas Kerja
1. Mendukung
pendapat auditor atas laporan keuangan auditan
Kertas kerja dapat digunakan oleh
auditor untuk mendukung pendapatnya dan merupakan bukti bahwa ausitor telah
melaksanakan audit yang memadai.
2. Menguatkan
simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya
Jika ada pihak-pihak yang memerlukan
penjelasan mengenai simpulan atau pertimbangan yang telah dibuat oleh auditor
dalam auditnya, auditor dapat kembali memeriksa kertas kerja yang telah dibuat
dalam auditnya.pembuatan seperangkat kertas kerja yang lengkap merupakan syarat
yang penting dalam membuktikan telah dilaksanakannya dengan baik atas laporan
keuangan.
3. Mengkoordinasi
dan mengorganisasi semua tahap audit
Audit yag dilaksanakan auditor terdiri
dari berbagai tahap audit. Setiap tahap audit tersebut menghasilkan berbagai
macam bukti yang membentuk kertas kerja. Pengkoordinasian dan pengorganisasian
berbagai tahap audit tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kertas kerja.
4. Memberikan
pedoman dalam audit berikutnya
Dalm audit yang berulang terhadap klien
yang sama dalam periode akuntansi yang berlainan, auditor memerlukan informasi
mengenai: sifat usaha klien, catatan dan sistem akuntansi klien, pengendalian
intern klien, dan rekomendasi perbaikan yang diajukan kepada klien dalam audit
yang lalu, jurnal-jurnal adjustment yang
disrankan untuk menyajikan secara wajar laporan keuangan yang lalu.
B.
KEPEMILIKAN
KERTAS KERJA DAN KERAHASIAAN INFORMASI DALAM KERTAS KERJA
SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraf
06 mengatur bahwa kertas kerja adalah milik kantor akuntan publik, bukan milik
klien atau milik pribadi auditor. Namun, hak kepemilikan kertas kerja oleh
kantor akuntan publik masih tunduk pada pembatasan-pembatasan yang diatur dalam
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang berlaku, untuk menghindarkan
penggunaan hal-hal yang bersifat rahasia oleh auditor untuk tujuan yang tidak
semestinya.
SA Seksi 339 paragraf 08 mengatur
bahwa auditor harus menerapkan prosedur memadai untuk menjaga keamanan kertas
kerja dan harus menyimpannya sekurang-kurangnya 10 tahun, sehingga dapat
memenuhi kebutuhan praktiknya dan ketentuan-ketentuan yang berlaku mengenai
penyimpanan dokumen.
Aturan Etika Kompartemen Akuntan
Publik memuat aturan yang berkaitan dengan kerahasiaan kertas kerja. Aturan
Etika 301 berbunyi sebagai berikut:
Anggota Kompartemen Akuntan Publik
tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia, tanpa
persetujuan dari klien.
sSeorang auditor tidak dapat
memberikan informasi kepada pihak bukan klien kecuali jika klien
mengizinkannya. Dalam program pengendalian mutu, profesi akuntan publik dapat
menetapkan keharusan untuk mengadakan peer-review diantara sesama kantor
akuntan publik. Dalam peer-review ini, kertas kerja kantor akuntan publik yang
satu akan di-review oleh kantor akuntan publik lain, untuk me-review kepatuhan
auditor terhadap stadar auditing yang berlaku
C.
FAKTOR-FAKTOR
YANG HARUS DIPERHATIKAN OLEH AUDITOR DALAM PEMBUATAN KERTAS KERJA YANG BAIK
a. Lengkap
Kertas kerja dikatakan lengkap apabila
memenuhi dua syarat berikut ;
·
Berisi semua informasi pokok
·
Tidak memerlukan penjelasan lisan
sebagai tambahan
b. Teliti
Kertas kerja yang dibuat auditor harus
bebas dari kesalahan, baik kesalahan penulisan maupun kesalahan dalam
penjumlahan. Untuk itu, pembuatan kertas kerja harus dilakukan secara cermat
dan teliti
c. Ringkas
Kertas kerja dikatakan ringkas apabila
hanya berisi informasi pokok dan relevan dengan tujuan pemeriksaan. Dengan
demikian penyajian kertas kerja dapat ringkas tetapi tetap dapat dimengerti
d. Jelas
Auditor harus menggunakan istilah
–istilah yang tidak menimbulkan pengertian ganda. Auditor harus menyajikan
kertas kerja secara sistematis.
e. Rapi
Kerapian kertas kerja akan mempermudah
pemahaman terhadap kertas kerja tersebut. Dengan demikian, auditor dengan mudah
dapat memperoleh informasi yang diperlukan dari kertas kerja tersebut.
D.
TIPE
KERTAS KERJA
1. Program
Audit
a. Pemeriksaan
yang harus diikuti dalam melakukan verifikasi setiap elemen yang tercantum
dalam laporan keuangan
b. Tanggal
pelaksanaan prosedur audit
c. Paraf
pelaksana prosedur audit
d. Penunjukkan
indeks kertas kerja yang dihasilkan auditor
2. Working
Trial Balance
Working
trial balance adalah suatu daftar yang berisi saldo
berbagai akun buku besar pada akhir tahun yang di audit dan pada akhir tahun
sebelumnya, kolom untuk penyesuaian dan pengklasifikasian kembali serta saldo
setelah koreksi auditor akan dicantumkan dalam laporan keuangan auditan.
Progam
Audit untuk pengujian Substanstif
|
Indeks
Kertas Kerja
|
Tanggal
Pelaksanaan
|
Pelaksanaan
|
Prosedur Audit Awal
1. Usut
saldo kas yang tercantum dalam neraca ke saldo akun kas yang berkaitan dalam
buku besar.
2. Hitung
kembali saldo akun kas dalam buku besar.
3. Lakukan
review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam akun
kas.
4. Usut
saldo awal akun kas ke kertas kerja tahun yang lalu.
5. Usaha
posting pendebitan dan pengkreditan akun Kas ke dalam jurnal penerimaan kas
dan jurnal pengeluaran kas.
Pengujian
Analitik
6. Bandingkan
saldo kas dengan angka kas yang dianggarkan, saldo kas akhir tahun yang lalu,
atau angka harapan lain.
7. Hitung
ratio saldo kas dengan aktiva lancer dan bandingkan debgan angka harapan.
Pengujian
terhadap Transaksi Rinci
8. Lakukan
pengujian pisah batas transaksi kas.
9. Buatlah
dan lakukan analisis terhadap rekonsiliasi bank 4 kolom.
10. Buatlah
daftar transfer bank dalam priode sebelum dan sesudah tanggal neraca untuk
menemukan kemungkinan terjadinya check
kitting.
Pengujian
terhadap Saldo Akun Rinci
11. Hitung kas yang ada di tangan klien.
12. Rekonsiliasi catatan kas klien dengan
rekening Koran bank yang berkaitan.
13. Lakukan konfirmasi saldo kas di bank.
14. Periksa cek yang beredar pada tanggal neraca
ke dalam rekening Koran bank.
15. Buatlah rekonsiliasi saldo kas menurut cutoff bank statement dengan saldo kas
menurut catatan klien.
16. Usut setoran dalam perjalanan (dep it in transit) pada tanggal
neraca ke dalam cutoff bank statement.
17. Periksa tanggal yang tercantum dalam cek
yang beradar pada tanggal neraca.
18. Periksa adanya cek kosong yang tercantum
dalam cutoff bank statement.
19. Periksa semua cek dalam cutoff bank statement mengenai kemungkinan hilangnya cek yang
tercantum sebagai cek yang pada tanggal neraca.
Verifikasi
Penyajian dan Pengungkapan
20. Periksa jawaban konfirmasi dari bank
mengenai batasan yang dikenakan terhadap pemakaian rekening tertentu klien di
bank.
21. Lakukan wawancara dengan manajemen mengenai
batasan dengan manajemen.
22. Periksa adanya kemungkinan penggelapan kas
dengan cara lapping penerimaan dan
pengeluran kas.
|
|
|
|
Gambar 4.1 Program Audit untuk
Pengujian Substantif tehadap Saldo Kas
3. Jurnal
Penyesuaian dan Pengklasifikasian Kembali
Auditor mungkin
menjumpai kesalahan dalam catatan akuntansi dan laporan keuangan karena salah memahami dan salah interpretasi
terhadap prinsip akuntansi yang berterima umum. Kesalahan tersebut perlu
dikoreksi dengan membuat jurnal penyesuaian. Jurnal pengklasifikasian kembali
dilakukan untuk memastikan pengklasifikasian akun yang tepat, misalnya akun
obligasi jangka panjang yang jatuh tempo tahun depan, maka auditor harus
mengklasifikasikannya ke kelompok kewajiban lancar.
4. Daftar
Pendukung
Dalam melaksanakan
audit, auditor melakukan verifikasi elemen-elemen yang terdapat dalam laporan
keuangan. Untuk itu auditor membuat kertas kerja yang bermacam-macam untuk
mendukung informasi yang dikumpulkan.
5. Daftar
Utama
Semua informasi yang
dicatat dalam daftar pendukung, diringkas dalam daftar utama. Daftar utama ini
merupakan ringkasan akun-akun yang saling berkaitan. Jadi, daftar utama
digunakan untuk menghubungkan akun buku besar yang sejenis, yang akan disajikan
dalam laporan keuangan dalam satu pos.
6. Memorandum
Audit dan Dokumentasi Informasi Penguat
Memorandum audit
merupakan data tertulis yang disiapkan auditor dalam bentuk naratif, misalnya
komentar atas kinerja prosedur auditing meliputi; lingkup pekerjaan,
temuan-temuan dan kesimpulan audit. Dokumentasi informasi penguat meliputi
pendokumentasian pengajuan pertanyaan mengenai hasil rapat dewan komisaris,
respon konfirmasi, representasi tertulis dan dari manajemen dan para pakar yang
berasal dari luar organisasi, salinan berbagai kontrak penting.
7. Skedul
dan Anlisis
Skedul utam menunjukkan
akun masing-masing buku besar dan mengidentifikasi skedul atau analisis kertas
kerja individu yang memuat bukti audit yang diperoleh untuk masing-masing akun
dalam kelompok tersebut. Setiap skedul atau analisis seringkali menunjukkan
komposisi saldo akun pada tanggal neraca (atau pada tanggal lain menurut
kepentingan audit). Skedul kertas kerja juga dapat menunjukkan perubahan pada
satu atau lebih saldo akun terkait selama periode laporan keuangan.
Working trial balance ini
mempunyai fungsi yang sama dengan lembaran kerja (work sheet) yanng digunakan oleh klien dalam proses penyusunan
laporan keuangan. Dalam penyusunan laporan keuangan, klien menempuh beberapa
tahap sebagai berikut:
1. Pengumpulan
bukti transaksi
2. Pencatatan
dan penggolongan transaksi dalam jurnal dan buku pembantu
3. Pembukuan
(posting) jurnal kedalam buku besar
4. Pembuatan
lembar kerja (work sheet)
5. Penyajian
laporan keuangan
Dalam proses auditnya, auditor bertujuan untuk menghasilkan laporan
keuangan auditan dengan tahap yang hampir sama dengan tahap penyusunan laporan
keuangan tersebut diatas. Tahap- tahap penyusunan laporan keuangan auditan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan
buku audit dengan car pembuatan atau pengumpulan skedul pendukung ( supporting schedule)
2. Peringkasan
informasi yang terdapat dalam schedule pendukung kedalam skedul utama ( lead schdule atau top schedule)
3. Peringkasan
informasi yang tercantum dalam skedul utama dan ringkasan jurnal adjusment kedalam working trial balance
4. Penyusunan
laporan keuangan auditan tersebut dapat diikuti pada Gambar 4.4
Kode akun
|
Nama akun
|
Indeks kertas kerja
|
Saldo Akhir
|
Saldo Menurut Buku 31 Desember 20X2
|
Adjusment dan Reklasifikasi
|
Saldo 31 Des 20X2 menurut hasil audit
|
D
|
K
|
D
|
K
|
D
|
K
|
D
|
K
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tanda tangan
|
tanggal
|
Dibuat
|
|
|
Direview
|
|
|
|
|
Gambar 4.2 Working Trial
Balance
|
|
|
|
|
 |
|
|
|
Gambar
4.4 proses penyusunan laporan keuangan auditan
|
|
Ringkasan Jurnal Adjusment
Dalam proses
auditnya, auditor mungkin menemukan kekeliruan dalam laporan keuangandn catatan
akuntansi kliennya. Untuk membetulkan kekeliruan tersebut, auditor membuat
daftar jurnal adjusment yang nantinya akan dibicarakan dengan klien. Disamping
itu, auditor juga membuat jurnal penggolongan kembali (reclassification entries) untuk unsur yang meskipun tidak salah
dicatat oleh klien namun untuk kepentingan penyajian laporan keuangan yang
wajar harus digolongkan kembali.
Jurnal
adjusment yang diusulkan oleh auditor biasanya diberi nomor urut dan untuk
jurnal penggolongan kembali diberi identitas huruf. Setiap jurnal adjusment
maupun jurnal penggolongan kembali harus disertai penjelasan yang lengkap.
Contoh ringkasan jurnal adjusment penggolongan kembali disajikan pada Gambar
4.5 dan 5.6.
Jurnal
adjusment berbeda dengan jurnal penggolongan kembali . jurnal penggolongan
kembali digunakan oleh auditor hanya untuk memperoleh pengelompokan yang benar
dalam laporan keuangan klien. Jurnal ini digunakan untuk menggolongkan kembali
suatu jumlah dalam kertas kerja auditor, tidak untuk disarankan agar dibukukan
kedalam catatan akuntansi klien.
Contoh
jurnal penggolongan kembali adalah jurnal untuk menggolongkan kembali saldo
kredit piutang usaha kepada debitur tertentu, sehingga jumlah tersebut akan
tampak dalam neraca sebagai utang, bukan sebagai pengurang terhadap saldo debit
piutang usaha. Akun piutang yang mempunyai saldo kredit tersebut biasanya akan
kembali lagi bersaldo debit dalam waktu singkat, sehingga auditor tidak perlu
menyarankan kepada klien untuk membukukan jurnal penggolongan kembali tersebut.
Dilain pihak, jurnal adjusment digunakan oleh auditor untuk mengoreksi catatan
akuntansi klien yang salah, sehingga jurnal ini disarankan oleh auditor kepada
klien untuk dibukukan dalam catatan akuntansi kliennya. Oleh auditor, jurnal
adjusment dan penggolongan kembali ini mula-mula dicatat dalam skedul pendukung
dan ringkasan jurnal adjusment. Kemudian jurnal-jurnal tersebut diringkas dari
berbagai skedul pendukung kedalam skedul utama yang berkaitan dan kedalam working trial balance.
PT XYZ
RINGKASAN
JURNAL ADJUSMENT
31
DESEMBER 19X2
|
Indeks kertas
kerja
|
Nomor kode akun
|
Nama akun dan penjelasan jural
|
Debit
|
Kredit
|
A-8
|
500
102
|
Jurnal
adjusment #1
Biaya
Pemasaran
Kas Kecil
Untuk
mencatat bukti pengeluaran kas kecil yang pada tanggal neraca belum
dimintakan pengisian kembali
|
600.000
|
600.000
|
|
TTD
|
TGL
|
Dibuat
|
|
|
Direview
|
|
|
|
|
Skedul Utama
Skedul
utama adalah keertas kerja yang digunakan untuk meringkas informasi yang dicatat
dalam skedul pendukung untuk akun-akun
yangh berhubungan. Skedul utaman ini digunakan untuk menggabungkan
akun-akun buku besar yang sejenis, yang jumlah saldonya akan dicantumkan di
dalam laporan keuangan dalam satu jumlah. Sebagai contoh skedul utama kas
merupakan penggabungan akun-akun buku besar. Kas ditangan rp 5.000.000; kas di
Bank Rp 55.000.000; dana kas kecil Rp 2000.000. saldo kas yang disajikan
dineraca adalah Rp 62.000.000 ( Rp 5000.000 + Rp 55.000.000 +Rp 2.000.000)
PT XYZ
RINGKASAN
JURNAL PENGGOLONGAN KEMBALI
31
DESEMBER 19X2
|
Indeks kertas
kerja
|
Nomor kode akun
|
Nama akun dan penjelasan jural
|
Debit
|
Kredit
|
G-1
|
121
200
|
Piutang
Usaha
Utang Usaha
Untuk
memindahkan saldo debit didalam akun utang usaha kedalam kelompok aktiva.
Saldo tersebut merupakan persekot kepada PT Eliona dalam pembelian bahan baku
dengan nomor surat order #12-05
|
140.000
|
140.000
|
|
TTD
|
TGL
|
Dibuat
|
|
|
Direview
|
|
|
Skedul
utama mempunyai kolom yang sama dengan kolom-kolom yang terdapat dalam working
trial balance. Jumlah total tiap-tiap kolom dalam skedul utama dipindahkan
kedalam kolom yang berkaitan dalam working trial balance.
Skedul
Pendukung
Pada waktu auditor melakukan
verifikasi terhadap unsur-unsur yang tercantum dalam laporan keuangan klien, ia
membuat berbagai macam kertas kerja pendukung yang menguatkan informasi
keuangan dan operasioanal yang dikumpulkannya. Dalam setiap skedul pendukung
harus dicantumkan pekerjaan yang telah dilakukan auditor dalam memverifikasi
dan menganalisis unsur-unsur yang dicantumkan dalam daftar tersebut, metode
verifikasi yang digunakan, pertanyaan yang timbul dalam audit, serta jawaban
atas pertanyaan tersebut. Skedul pendukung harus memuat juga berbagai simpulan
yang dibuat oleh auditor.
E. PEMBERIAN
INDEKS PADA KERTAS KERJA
Kertas kerja harus diberi
indeks, sub-indeks dan indeks silang dalam audit atau pada saat pekerjaan audit
telah selesai dilakukan. Pemberian indeks terhadap kertas kerja akan memudahkan
pencarian informasi dalam berbagai daftar yang terdapat di berbagai tipe kertas
kerja.
Setiap auditor mempunyai
cara tersendiri mengenai cara pemberian indeks kertas kerja. Faktor-faktor yang
harus diperhatikan dalam pemberian indeks kertas kerja adalah sebagai berikut:
1.
Setiap
kertas kerja harus diberi indeks, dapat di sudut atas atau di sudut bawah.
2.
Pencantuman
indeks silang (cross index) harus dilakukan sebagai berikut:
a.
Indeks
silang dari skedul pendukung ke skedul utama.Rincian jumlah yang tercantum
dalam suatu skedul pendukung diberi indeks silang dengan menunjuk indeks skedul
utama yang berkaitan yang memuat jumlah tersebut. Pencantuman indeks silang
dalam skedul pendukung dilakukan dengan cara
sebagai berikut: “Ke A” sedangkan di belakang angka yang berkaitan dalam
skedul utama harus diberi indeks skedul pendukung yang berkaitan.
b.
Indeks
silang dari skedul akun pendapatan dan biaya. Seringkali analisis akun neraca
berhubungan dengan analisis akun laba-rugi. Oleh karena itu, kertas kerja yang
berhubungan dengan akun neraca harus diberi indeks silang dengan kertas kerja
yang berhubungan dengan akun laba-rugi.
c.
Indeks
silang antarskedul pendukung. Seringkali skedul pendukung tertentu memuat
informasi yang berkaitan dengan informasi lainyang tercantum dalam skedul
pendukung lain. Untuk menghubungkan informasi yang saling berkaitan, yang
terdapat dalam berbagai skedul pendukung, diperlukan indeks silang antarskedul
pendukung.
d.
Indeks
silang dari skedul pendukung ke ringkasan jurnal adjustment. Setiap jurnal adjustment
yang dicatat dalam kertas kerja ringkasan jurnal adjustment harus diberi indeks silang, dengan cara mencantumkan
indeks skedul pendukung di belakang jurnal adjustment
yang dicantumkan ke dalam ringkasan jurnal adjustment
tersebut.
e.
Indeks
silang dari skedul utama ke working trial
balance. Indeks skedul utama dicantumkan pada working trial balance agar memudahkan pencarian kembali informasi
yang lebih rinci dari working trial
balance ke skedul utama.
f.
Indeks
silang dapat digunakan pula untuk menghubungkan program audit dengan kertas
kerja. Indeks kertas kerja dicantumkan pada program audit untuk menunjukkan di
kertas kerja mana hasil pekerjaan audit tersebut dapat ditemukan.
3.
Jawaban
konfirmasi, pita mesin hitung, print-out komputer,
dan sebagainya tidak diberi indeks kecuali jika dilampirkan di belakang kertas
kerja yang berindeks.
F. METODE
PEMBERIAN INDEKS KERTAS KERJA
Ada tiga metode pemberian
indeks terhadap kertas kerja:
1.
Indeks
angka. Kertas kerja utama (program audit, working
trial balance, ringkasan jurnal adjustment),
skedul utama, dan skedul pendukung diberi kode angka. Kertas kerja utama dan
skedul utama diberi indeks dengan angka, sedangkan skedul pendukung diberi
subindeks dengan mencantumkan nomor kode skedul utama yang berkaitan.
Contoh:
6 Skedul
Utama Kas
6-1 Kas
di Bank
6-2 Konfirmasi
Bank
6-3 Kas
Kecil
7 Skedul
Utama Piutang Usaha dan Piutang Wesel
7-1 Piutang
Usaha
7-2 Piutang
Wesel
7-3 Konfirmasi
Piutang Usaha
7-4 Cadangan
Kerugian Piutang Usaha
2.
Indeks
kombinasi angka dan huruf. Kertas kerja diberi kode yang merupakan kombinasi
huruf dan angka. Kertas kerja utama diberi kode huruf, sedangkan skedul
pendukungnya diberi kode kombinasi huruf dan angka.
Contoh:
A Skedul
Utama Kas
A-1 Kas
dan Bank
A-2 Konfirmasi
Bank
A-3 Dana
Kas Kecil
3.
Indeks
angka berurutan. Kertas kerja diberi kode angka yang berurutan.
Contoh:
1
Skedul
Utama Kas
2
Kas
dan Bank
3
Konfirmasi
Bank
4
Dana
Kas Kecil
G. SUSUNAN
KERTAS KERJA
Di depan telah disebutkan
bahwa dalam audit, auditor menghasilkan berbagai macam tipe kertas kerja. Untuk
Memudahkan review atas kertas kerja
yang dihasilkan oleh berbagai asisten dan staf auditor, berbagai tipe kertas
kerja tersebut harus disusun secara sistematik dan dalam urutan yang logis.
Akuntan senior yang akan me-review
kertas kerja biasanya menghendaki susunan kertas kerja dalam urutan berikut
ini.
1.
Draft laporan audit (audit report).
2.
Laporan
keuangan auditan.
3.
Ringkasan
informasi bagi reviewer.
4.
Program
audit.
5.
Laporan
keuangan atau lembar kerja (work sheet) yang dibuat oleh klien.
6.
Ringkasan
jurnal adjustment.
7.
Working trial balance.
8.
Skedul
utama.
9.
Skedul
pendukung.
Dalam butir 3
dicantumkan “Ringkasan informasi bagi reviewer.”
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan daftar hal-hal yang memerlukan perhatian
khusus dari reviewer.
H. PENGARSIPAN
KERTAS KERJA
Auditor biasanya
menyelenggarakan dua macam arsip kertas kerja untuk setiap kliennya: (1) arsip
audit tahunan untuk setiap audit yang telah selesai dilakukan, yang disebut
arsip kini (current file); (2) arsip permanen (permanent file) untuk data yang
secara relative tidak mengalami perubahan. Arsip kini berisi kertas kerja yang
informasinya hanya mempunyai manfaat untuk tahun yang diaudit saja. Arsip
permanen berisi informasi sebagai berikut:
1.
Copy anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien
2.
Bagan
organisasi dan luas wewenang serta tanggung jawab para manajer
3.
Pedoman
akun, pedoman prosedur, dan data lain yang berhubungan dengan pengendalian
intern.
4.
Copy surat pejanjian penting yang mempunyai masa laku jangka panjang.
5.
Tata
letak pabrik, proses produksi, dan produk pokok perusahaan
6.
Copy notulen rapat direksi, pemegang saham, dan komite-komite yang dibentuk
klien.
Pembentukan
arsip permanen ini mempunyai tiga tujuan yakni:
1.
Untuk
menyegarkan ingatan auditor mengenai informasi yang akan digunakan dalam audit
tahun-tahun mendatang.
2.
Untuk
memberikan ringkasan mengenai kebijakan dan organisasi klien bagi staf yang
baru pertama kali menangani audit laporan keuangan klien tersebut.
3.
Untuk
menghindari pembuatan kertas kerja yang sama dari tahun ke tahun.
Informasi dalam arsip permanen
ini harus selalu diperbaharui pada setiap kali audit. Copy notulen rapat yang baru, kontrak dan perjanjian baru yang
dibuat oleh klien, perubahan anggaran rumah tangga dan perkembangan lain harus
setiap tahunnya ditambahkan dalam arsip permanen.
Analisis terhadap akun-akun
tertentu yang relative tidak pernah mengalami perubahan harus juga dimasukkan
ke dalam arsip permanen. Akun-akun seperti tanah, gedung, akumulasi depresiasi,
investasi, utang jangka panjang, modal saham dan akun lain yang termasuk dalam
kelompok modal sendiri adalah jarang mengalami perubahan dari tahum ke tahun.
Pemeriksaan pertama terhadap akun tersebut akan menghasilkan informasi yang
akan berlaku beberapa tahun, sehingga dalam audit berikutnya auditor hanya akan
memeriksa transaksi-transaksi tahun yang diaudit yang berkaitan dengan
akun-akun tersebut. Dalam hal ini arsip permanen benar-benar menghemat waktu
auditor karena perubahan- perubahan dalam tahun yang diaudit tinggal
ditambahkan dalam arsip permanen, tanpa harus memunculkan kembali
informasi-informasi tahun-tahun sebelumnya dalam kertas kerja tersendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan Publik.
Jakarta : Salemba Empat
Arens, Alvin A., Randal J. Elder dan Mark S Beasly.
2008. Auditing dan Jasa Assurance:
pendekatan Terintregasi Jilid I. Jakarta : Erlangga
Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta : Salemba Empat
Mulyadi. 2002. Auditing.
Jakarta: Salemba Empat