Senin, 11 November 2013

Contoh Sinopsis Penelitian



SINOPSIS
“PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)
Latar Belakang
Tata kelola usaha yang baik (Good Corporate Governance) diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien dan transparan dan konsisten dengan perundang-undangan. Penerapan Good Corporate Governance dianggap mampu untuk meminimalisir terjadinya konflik keagenan, karena dalam Good Corporate Governance terdapat prinsip yang menjaga hubungan baik dan menjamin terpenuhinya hak pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Corporate governance merupakan pedoman bagi manajer untuk mengelola perusahaan secara best practice. Manajer akan membuat keputusan keuangan yang dapat menguntungkan semua pihak (stakeholder). Manajer bekerja secara efektif dan efisien sehingga dapat menurunkan biaya modal dan mampu meminimalkan risiko.
Penelitian tentang Good Corporate Governance terhadap kinerja suatu perusahaan merupakan hal yang  penting untuk dilakukan, karena akan memberikan gambaran seberapa jauh penerapan Good Corporate Governance yang akan memberikan pengaruh terhadap kinerja suatu perusahaan tersebut.

Rumusan Masalah
Apakah Good Corporate Governance akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Indek (JII)?
Tujuan Penelitian
  1. Untuk mengetahui kinerja perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Indek (JII)
  2.  Untuk mengetahui pengaruh Good Corporate Governance akan berpengaruh terhadap kinerja suatu perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Indek (JII)
Hipotesis
Hipotesis yang akan diajukan adalah:
H1         komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap ROA perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Indek (JII)
H2         kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap ROA perusahaan   yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Indek (JII)
H3         Rasio Utang berpengaruh signifikan terhadap ROA perusahaan   yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Indek (JII)
H4         Ukuran dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap ROA perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Indek (JII)
H5         Ukuran komite audit berpengaruh signifikan terhadap ROA perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Indek (JII)
H6         komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap ROE perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Indek (JII)
H7         kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap ROE perusahaan   yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Indek (JII)
H8         Rasio Utang berpengaruh signifikan terhadap ROE perusahaan   yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Indek (JII)
H9         Ukuran dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap ROE perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Indek (JII)
H10       Ukuran komite audit berpengaruh signifikan terhadap ROE perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Indek (JII)
H11       komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap ROI perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Indek (JII)
H12       kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap ROI perusahaan   yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Indek (JII)
H13       Rasio Utang berpengaruh signifikan terhadap ROI perusahaan   yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Indek (JII) di Indonesia
H14       Ukuran dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap ROI perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Indek (JII)
 H15      Ukuran komite audit berpengaruh signifikan terhadap ROI perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Indek (JII)
H16       komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap Tobin’s Q perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Indek (JII)
H17       kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap Tobin’s Q ROI perusahaan   yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Indek (JII)
H18       Rasio Utang berpengaruh signifikan terhadap Tobin’s Q perusahaan   yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Indek (JII)
H19       Ukuran dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap Tobin’s Q perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Indek (JII)
H20       Ukuran komite audit berpengaruh signifikan terhadap Tobin’s Q perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Indek (JII)
Metode Penelitian
1.      Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan auditan perusahaan mengeluarkan saham syariah dan terdaftar tahun 2010 dan 2011 Jakarta Islamic Indek (JII) beserta catatan dan penjelasan atas laporan keuangan tersebut, dengan catatan tidak ada yang hilang.
2.      Teknik Pengambilan Data
Data yang digunakan adalah jenis data sekunder, dengan menggunakan sampel data cross-sectional yang dikumpulkan pada periode tertentu terhadap beberapa subyek yang diteliti yaitu laporan keuangan auditan tahun 2010 dan 2011.
3.      Variabel
a.      Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan yaitu Kinerja Perusahaan yang ditunjukkan dengan kinerja akuntansi (ROA, ROE) dan kinerja pasar ( Tobin’s Q)
b.      Variabel Independen
Variabel independen yang digunakan yaitu variabel Good Corporate Governance yang diukur dengan:
·         Komisaris independen
·         Kepemilikan institusional
·         Rasio utang
·         Ukuran dewan direksi
·         Ukuran komite audit
4.      Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda.
Perbedaan dengan penelitian sebelumnya
1.      Alat ukur untuk variabel independen dalam penelitian terdahulu yaitu diukur menggunakan komisaris independen, kepemilikan institusional, rasio utang, sedangkan untuk penelitian berikutnya ditambah alat ukur variabel dependen yaitu ukuran dewan direksi dan ukuran komite audit.

Jumat, 27 September 2013

KERTAS KERJA AUDIT



PENDAHULUAN
Auditing merupakan suatu proses dengan apa seseorang yang mampu dan independen dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti dari keterangan yang terukur dari suatu kesatuan ekonomi dengan tujuan untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari keterangan yang terukur tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Untuk melaksanakan suatu audit (pemeriksaan), selalu diperlukan keterangan dalam bentuk yang dapat dibuktikan dan standar-standar atau kriteria yang dapat dipakai oleh auditor sebagai pegangan untuk mengevaluasi keterangan tersebut.
Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan tidak memihak yang disebut auditor. Dengan tujuan untuk melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah diselesikan atau berjalan sesuai standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan diterima.
Kertas Kerja (working paper) merupakan mata rantai yang menghubungkan catatan klien dengan laporan audit. Kertas Kerja Audit (KKA) merupakan catatan-catatan yang dibuat dan data-data yang dikumpulkan auditor secara sistematis pada saat melaksanakan tugas audit. Hal itu untuk memberikan gambaran yang lengkap terhadap proses audit. KKA harus mencerminkan langkah-langkah kerja audit yang ditempuh, pengujian-pengujian yang dilakukan, informasi yang diperoleh, dan kesimpulan hasil audit. Oleh karena itu, kertas kerja merupakan alat penting dalam profesi akuntan publik. Dan dalam resuman ini akan memaparkan mengenai Kertas Kerja Audit.

A.    KONSEP KERTAS KERJA
Definisi Kertas Kerja
            SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraf 03 mendefinisikan kertas kerja sebagai berikut: “kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan oleh auditor mengenai prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan simpulan yag dibuatnya sehubungan dengan auditnya.” Contoh kertas kerja adalah program audit, hasil pemahaman terhadap pengendalian intern, analisis, memorandum, surat konfirmasi, representasi, klien, ikhtisar dari dokumen-dokumen perusahaan, dan daftar atau komentar yang dibuat atau diperoleh auditor. Kertas kerja dapat pula berupa data yag disimpan dalam pita magnetik, film atau media yang lain.
Isi Kertas Kerja
            Dalam SA 339 dikemukakan bahwa kertas biasanya berisi dokumentasi yang memperlihatkan :
a.       Pemeriksaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik, yang menunjukkan dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang pertama
b.      Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang telah dilakukan
c.       Bukti audit telah diperoleh, prosedur pemeriksaan yang telah diterapkan dan pengujian yang telah dilaksanakan, yang memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, yang menunjukkan dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang ketiga
Tujuan Pembuatan Kertas Kerja
1.      Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan auditan
Kertas kerja dapat digunakan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya dan merupakan bukti bahwa ausitor telah melaksanakan audit yang memadai.
2.      Menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya
Jika ada pihak-pihak yang memerlukan penjelasan mengenai simpulan atau pertimbangan yang telah dibuat oleh auditor dalam auditnya, auditor dapat kembali memeriksa kertas kerja yang telah dibuat dalam auditnya.pembuatan seperangkat kertas kerja yang lengkap merupakan syarat yang penting dalam membuktikan telah dilaksanakannya dengan baik atas laporan keuangan.
3.      Mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap audit
Audit yag dilaksanakan auditor terdiri dari berbagai tahap audit. Setiap tahap audit tersebut menghasilkan berbagai macam bukti yang membentuk kertas kerja. Pengkoordinasian dan pengorganisasian berbagai tahap audit tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kertas kerja.
4.      Memberikan pedoman dalam audit berikutnya
Dalm audit yang berulang terhadap klien yang sama dalam periode akuntansi yang berlainan, auditor memerlukan informasi mengenai: sifat usaha klien, catatan dan sistem akuntansi klien, pengendalian intern klien, dan rekomendasi perbaikan yang diajukan kepada klien dalam audit yang lalu, jurnal-jurnal adjustment yang disrankan untuk menyajikan secara wajar laporan keuangan yang lalu.
B.     KEPEMILIKAN KERTAS KERJA DAN KERAHASIAAN INFORMASI DALAM KERTAS KERJA
            SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraf 06 mengatur bahwa kertas kerja adalah milik kantor akuntan publik, bukan milik klien atau milik pribadi auditor. Namun, hak kepemilikan kertas kerja oleh kantor akuntan publik masih tunduk pada pembatasan-pembatasan yang diatur dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang berlaku, untuk menghindarkan penggunaan hal-hal yang bersifat rahasia oleh auditor untuk tujuan yang tidak semestinya.
            SA Seksi 339 paragraf 08 mengatur bahwa auditor harus menerapkan prosedur memadai untuk menjaga keamanan kertas kerja dan harus menyimpannya sekurang-kurangnya 10 tahun, sehingga dapat memenuhi kebutuhan praktiknya dan ketentuan-ketentuan yang berlaku mengenai penyimpanan dokumen.
            Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik memuat aturan yang berkaitan dengan kerahasiaan kertas kerja. Aturan Etika 301 berbunyi sebagai berikut:
            Anggota Kompartemen Akuntan Publik tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia, tanpa persetujuan dari klien.
            sSeorang auditor tidak dapat memberikan informasi kepada pihak bukan klien kecuali jika klien mengizinkannya. Dalam program pengendalian mutu, profesi akuntan publik dapat menetapkan keharusan untuk mengadakan peer-review diantara sesama kantor akuntan publik. Dalam peer-review ini, kertas kerja kantor akuntan publik yang satu akan di-review oleh kantor akuntan publik lain, untuk me-review kepatuhan auditor terhadap stadar auditing yang berlaku

C.    FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN OLEH AUDITOR DALAM PEMBUATAN KERTAS KERJA YANG BAIK
a.       Lengkap
Kertas kerja dikatakan lengkap apabila memenuhi dua syarat berikut ;
·         Berisi semua informasi pokok
·         Tidak memerlukan penjelasan lisan sebagai tambahan
b.      Teliti
Kertas kerja yang dibuat auditor harus bebas dari kesalahan, baik kesalahan penulisan maupun kesalahan dalam penjumlahan. Untuk itu, pembuatan kertas kerja harus dilakukan secara cermat dan teliti
c.       Ringkas
Kertas kerja dikatakan ringkas apabila hanya berisi informasi pokok dan relevan dengan tujuan pemeriksaan. Dengan demikian penyajian kertas kerja dapat ringkas tetapi tetap dapat dimengerti
d.      Jelas
Auditor harus menggunakan istilah –istilah yang tidak menimbulkan pengertian ganda. Auditor harus menyajikan kertas kerja secara sistematis.
e.       Rapi
Kerapian kertas kerja akan mempermudah pemahaman terhadap kertas kerja tersebut. Dengan demikian, auditor dengan mudah dapat memperoleh informasi yang diperlukan dari kertas kerja tersebut.
D.    TIPE KERTAS KERJA
1.      Program Audit
a.       Pemeriksaan yang harus diikuti dalam melakukan verifikasi setiap elemen yang tercantum dalam laporan keuangan
b.      Tanggal pelaksanaan prosedur audit
c.       Paraf pelaksana prosedur audit
d.      Penunjukkan indeks kertas kerja yang dihasilkan auditor
2.      Working Trial Balance
Working trial balance adalah suatu daftar yang berisi saldo berbagai akun buku besar pada akhir tahun yang di audit dan pada akhir tahun sebelumnya, kolom untuk penyesuaian dan pengklasifikasian kembali serta saldo setelah koreksi auditor akan dicantumkan dalam laporan keuangan auditan.







Progam Audit untuk pengujian Substanstif
Indeks Kertas Kerja
Tanggal Pelaksanaan
Pelaksanaan
Prosedur Audit Awal
1.      Usut saldo kas yang tercantum dalam neraca ke saldo akun kas yang berkaitan dalam buku besar.
2.      Hitung kembali saldo akun kas dalam buku besar.
3.      Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam akun kas.
4.      Usut saldo awal akun kas ke kertas kerja tahun yang lalu.
5.      Usaha posting pendebitan dan pengkreditan akun Kas ke dalam jurnal penerimaan kas dan jurnal pengeluaran kas.

Pengujian Analitik
6.      Bandingkan saldo kas dengan angka kas yang dianggarkan, saldo kas akhir tahun yang lalu, atau angka harapan lain.
7.      Hitung ratio saldo kas dengan aktiva lancer dan bandingkan debgan angka harapan.

Pengujian terhadap Transaksi Rinci
8.      Lakukan pengujian pisah batas transaksi kas.
9.      Buatlah dan lakukan analisis terhadap rekonsiliasi bank 4 kolom.
10.  Buatlah daftar transfer bank dalam priode sebelum dan sesudah tanggal neraca untuk menemukan kemungkinan terjadinya check kitting.

Pengujian terhadap Saldo Akun Rinci
11.   Hitung kas yang ada di tangan klien.
12.   Rekonsiliasi catatan kas klien dengan rekening Koran bank yang berkaitan.
13.   Lakukan konfirmasi saldo kas di bank.
14.   Periksa cek yang beredar pada tanggal neraca ke dalam rekening Koran bank.
15.   Buatlah rekonsiliasi saldo kas menurut cutoff bank statement dengan saldo kas menurut catatan klien.
16.   Usut setoran dalam perjalanan (dep it in transit) pada tanggal neraca ke dalam cutoff bank statement.
17.   Periksa tanggal yang tercantum dalam cek yang beradar pada tanggal neraca.
18.   Periksa adanya cek kosong yang tercantum dalam cutoff bank statement.
19.   Periksa semua cek dalam cutoff bank statement mengenai kemungkinan hilangnya cek yang tercantum sebagai cek yang pada tanggal neraca.

Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan
20.   Periksa jawaban konfirmasi dari bank mengenai batasan yang dikenakan terhadap pemakaian rekening tertentu klien di bank.
21.   Lakukan wawancara dengan manajemen mengenai batasan dengan manajemen.
22.   Periksa adanya kemungkinan penggelapan kas dengan cara lapping penerimaan dan pengeluran kas.




                        Gambar 4.1 Program Audit untuk Pengujian Substantif tehadap Saldo Kas               

3.      Jurnal Penyesuaian dan Pengklasifikasian Kembali
Auditor mungkin menjumpai kesalahan dalam catatan akuntansi dan laporan keuangan  karena salah memahami dan salah interpretasi terhadap prinsip akuntansi yang berterima umum. Kesalahan tersebut perlu dikoreksi dengan membuat jurnal penyesuaian. Jurnal pengklasifikasian kembali dilakukan untuk memastikan pengklasifikasian akun yang tepat, misalnya akun obligasi jangka panjang yang jatuh tempo tahun depan, maka auditor harus mengklasifikasikannya ke kelompok kewajiban lancar.
4.      Daftar Pendukung
Dalam melaksanakan audit, auditor melakukan verifikasi elemen-elemen yang terdapat dalam laporan keuangan. Untuk itu auditor membuat kertas kerja yang bermacam-macam untuk mendukung informasi yang dikumpulkan.
5.      Daftar Utama
Semua informasi yang dicatat dalam daftar pendukung, diringkas dalam daftar utama. Daftar utama ini merupakan ringkasan akun-akun yang saling berkaitan. Jadi, daftar utama digunakan untuk menghubungkan akun buku besar yang sejenis, yang akan disajikan dalam laporan keuangan dalam satu pos.
6.      Memorandum Audit dan Dokumentasi Informasi Penguat
Memorandum audit merupakan data tertulis yang disiapkan auditor dalam bentuk naratif, misalnya komentar atas kinerja prosedur auditing meliputi; lingkup pekerjaan, temuan-temuan dan kesimpulan audit. Dokumentasi informasi penguat meliputi pendokumentasian pengajuan pertanyaan mengenai hasil rapat dewan komisaris, respon konfirmasi, representasi tertulis dan dari manajemen dan para pakar yang berasal dari luar organisasi, salinan berbagai kontrak penting.
7.      Skedul dan Anlisis
Skedul utam menunjukkan akun masing-masing buku besar dan mengidentifikasi skedul atau analisis kertas kerja individu yang memuat bukti audit yang diperoleh untuk masing-masing akun dalam kelompok tersebut. Setiap skedul atau analisis seringkali menunjukkan komposisi saldo akun pada tanggal neraca (atau pada tanggal lain menurut kepentingan audit). Skedul kertas kerja juga dapat menunjukkan perubahan pada satu atau lebih saldo akun terkait selama periode laporan keuangan.


Working trial balance ini mempunyai fungsi yang sama dengan lembaran kerja (work sheet) yanng digunakan oleh klien dalam proses penyusunan laporan keuangan. Dalam penyusunan laporan keuangan, klien menempuh beberapa tahap sebagai berikut:
1.      Pengumpulan bukti transaksi
2.      Pencatatan dan penggolongan transaksi dalam jurnal dan buku pembantu
3.      Pembukuan (posting) jurnal kedalam buku besar
4.      Pembuatan lembar kerja (work sheet)
5.      Penyajian laporan keuangan
Dalam proses auditnya, auditor bertujuan untuk menghasilkan laporan keuangan auditan dengan tahap yang hampir sama dengan tahap penyusunan laporan keuangan tersebut diatas. Tahap- tahap penyusunan laporan keuangan auditan tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Pengumpulan buku audit dengan car pembuatan atau pengumpulan skedul pendukung ( supporting schedule)
2.      Peringkasan informasi yang terdapat dalam schedule pendukung kedalam skedul utama ( lead schdule atau top schedule)
3.      Peringkasan informasi yang tercantum dalam skedul utama dan ringkasan jurnal adjusment kedalam working trial balance
4.      Penyusunan laporan keuangan auditan tersebut dapat diikuti pada Gambar 4.4









Kode akun
Nama akun
Indeks kertas kerja
Saldo Akhir
Saldo Menurut Buku 31 Desember 20X2
Adjusment dan Reklasifikasi
Saldo 31 Des 20X2 menurut hasil audit
D
K
D
K
D
K
D
K























Tanda tangan
tanggal
Dibuat


Direview




Gambar 4.2 Working Trial Balance








Gambar 4.4 proses penyusunan laporan keuangan auditan
 
 














Ringkasan Jurnal Adjusment
Dalam proses auditnya, auditor mungkin menemukan kekeliruan dalam laporan keuangandn catatan akuntansi kliennya. Untuk membetulkan kekeliruan tersebut, auditor membuat daftar jurnal adjusment yang nantinya akan dibicarakan dengan klien. Disamping itu, auditor juga membuat jurnal penggolongan kembali (reclassification entries) untuk unsur yang meskipun tidak salah dicatat oleh klien namun untuk kepentingan penyajian laporan keuangan yang wajar harus digolongkan kembali.
Jurnal adjusment yang diusulkan oleh auditor biasanya diberi nomor urut dan untuk jurnal penggolongan kembali diberi identitas huruf. Setiap jurnal adjusment maupun jurnal penggolongan kembali harus disertai penjelasan yang lengkap. Contoh ringkasan jurnal adjusment penggolongan kembali disajikan pada Gambar 4.5 dan 5.6.
Jurnal adjusment berbeda dengan jurnal penggolongan kembali . jurnal penggolongan kembali digunakan oleh auditor hanya untuk memperoleh pengelompokan yang benar dalam laporan keuangan klien. Jurnal ini digunakan untuk menggolongkan kembali suatu jumlah dalam kertas kerja auditor, tidak untuk disarankan agar dibukukan kedalam catatan akuntansi klien.
Contoh jurnal penggolongan kembali adalah jurnal untuk menggolongkan kembali saldo kredit piutang usaha kepada debitur tertentu, sehingga jumlah tersebut akan tampak dalam neraca sebagai utang, bukan sebagai pengurang terhadap saldo debit piutang usaha. Akun piutang yang mempunyai saldo kredit tersebut biasanya akan kembali lagi bersaldo debit dalam waktu singkat, sehingga auditor tidak perlu menyarankan kepada klien untuk membukukan jurnal penggolongan kembali tersebut. Dilain pihak, jurnal adjusment digunakan oleh auditor untuk mengoreksi catatan akuntansi klien yang salah, sehingga jurnal ini disarankan oleh auditor kepada klien untuk dibukukan dalam catatan akuntansi kliennya. Oleh auditor, jurnal adjusment dan penggolongan kembali ini mula-mula dicatat dalam skedul pendukung dan ringkasan jurnal adjusment. Kemudian jurnal-jurnal tersebut diringkas dari berbagai skedul pendukung kedalam skedul utama yang berkaitan dan kedalam working trial balance.


D-1
 
 
PT XYZ
RINGKASAN JURNAL ADJUSMENT
31 DESEMBER 19X2

Indeks kertas
kerja
Nomor kode akun
Nama akun dan penjelasan jural
Debit
Kredit

A-8




500
102
Jurnal adjusment #1
Biaya Pemasaran
      Kas Kecil

Untuk mencatat bukti pengeluaran kas kecil yang pada tanggal neraca belum dimintakan pengisian kembali

600.000


600.000

TTD
TGL
Dibuat


Direview





Skedul Utama
Skedul utama adalah keertas kerja yang digunakan untuk meringkas informasi yang dicatat dalam skedul pendukung untuk akun-akun  yangh berhubungan. Skedul utaman ini digunakan untuk menggabungkan akun-akun buku besar yang sejenis, yang jumlah saldonya akan dicantumkan di dalam laporan keuangan dalam satu jumlah. Sebagai contoh skedul utama kas merupakan penggabungan akun-akun buku besar. Kas ditangan rp 5.000.000; kas di Bank Rp 55.000.000; dana kas kecil Rp 2000.000. saldo kas yang disajikan dineraca adalah Rp 62.000.000 ( Rp 5000.000 + Rp 55.000.000 +Rp 2.000.000)


D-2
 
 
PT XYZ
RINGKASAN JURNAL PENGGOLONGAN KEMBALI
31 DESEMBER 19X2

Indeks kertas
kerja
Nomor kode akun
Nama akun dan penjelasan jural
Debit
Kredit

G-1








121
200

Piutang Usaha
     Utang Usaha
Untuk memindahkan saldo debit didalam akun utang usaha kedalam kelompok aktiva. Saldo tersebut merupakan persekot kepada PT Eliona dalam pembelian bahan baku dengan nomor surat order #12-05

140.000


140.000

TTD
TGL
Dibuat


Direview



Skedul utama mempunyai kolom yang sama dengan kolom-kolom yang terdapat dalam working trial balance. Jumlah total tiap-tiap kolom dalam skedul utama dipindahkan kedalam kolom yang berkaitan dalam working trial balance.
Skedul Pendukung
Pada waktu auditor melakukan verifikasi terhadap unsur-unsur yang tercantum dalam laporan keuangan klien, ia membuat berbagai macam kertas kerja pendukung yang menguatkan informasi keuangan dan operasioanal yang dikumpulkannya. Dalam setiap skedul pendukung harus dicantumkan pekerjaan yang telah dilakukan auditor dalam memverifikasi dan menganalisis unsur-unsur yang dicantumkan dalam daftar tersebut, metode verifikasi yang digunakan, pertanyaan yang timbul dalam audit, serta jawaban atas pertanyaan tersebut. Skedul pendukung harus memuat juga berbagai simpulan yang dibuat oleh auditor.

E.     PEMBERIAN INDEKS PADA KERTAS KERJA
Kertas kerja harus diberi indeks, sub-indeks dan indeks silang dalam audit atau pada saat pekerjaan audit telah selesai dilakukan. Pemberian indeks terhadap kertas kerja akan memudahkan pencarian informasi dalam berbagai daftar yang terdapat di berbagai tipe kertas kerja.
Setiap auditor mempunyai cara tersendiri mengenai cara pemberian indeks kertas kerja. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemberian indeks kertas kerja adalah sebagai berikut:
1.                  Setiap kertas kerja harus diberi indeks, dapat di sudut atas atau di sudut bawah.
2.                  Pencantuman indeks silang (cross index) harus dilakukan sebagai berikut:
a.       Indeks silang dari skedul pendukung ke skedul utama.Rincian jumlah yang tercantum dalam suatu skedul pendukung diberi indeks silang dengan menunjuk indeks skedul utama yang berkaitan yang memuat jumlah tersebut. Pencantuman indeks silang dalam skedul pendukung dilakukan dengan cara  sebagai berikut: “Ke A” sedangkan di belakang angka yang berkaitan dalam skedul utama harus diberi indeks skedul pendukung yang berkaitan.
b.      Indeks silang dari skedul akun pendapatan dan biaya. Seringkali analisis akun neraca berhubungan dengan analisis akun laba-rugi. Oleh karena itu, kertas kerja yang berhubungan dengan akun neraca harus diberi indeks silang dengan kertas kerja yang berhubungan dengan akun laba-rugi.
c.       Indeks silang antarskedul pendukung. Seringkali skedul pendukung tertentu memuat informasi yang berkaitan dengan informasi lainyang tercantum dalam skedul pendukung lain. Untuk menghubungkan informasi yang saling berkaitan, yang terdapat dalam berbagai skedul pendukung, diperlukan indeks silang antarskedul pendukung.
d.      Indeks silang dari skedul pendukung ke ringkasan jurnal adjustment. Setiap jurnal adjustment yang dicatat dalam kertas kerja ringkasan jurnal adjustment harus diberi indeks silang, dengan cara mencantumkan indeks skedul pendukung di belakang jurnal adjustment yang dicantumkan ke dalam ringkasan jurnal adjustment tersebut.
e.       Indeks silang dari skedul utama ke working trial balance. Indeks skedul utama dicantumkan pada working trial balance agar memudahkan pencarian kembali informasi yang lebih rinci dari working trial balance ke skedul utama.
f.       Indeks silang dapat digunakan pula untuk menghubungkan program audit dengan kertas kerja. Indeks kertas kerja dicantumkan pada program audit untuk menunjukkan di kertas kerja mana hasil pekerjaan audit tersebut dapat ditemukan.
3.      Jawaban konfirmasi, pita mesin hitung, print-out komputer, dan sebagainya tidak diberi indeks kecuali jika dilampirkan di belakang kertas kerja yang berindeks.

F.     METODE PEMBERIAN INDEKS KERTAS KERJA
Ada tiga metode pemberian indeks terhadap kertas kerja:
1.                  Indeks angka. Kertas kerja utama (program audit, working trial balance, ringkasan jurnal adjustment), skedul utama, dan skedul pendukung diberi kode angka. Kertas kerja utama dan skedul utama diberi indeks dengan angka, sedangkan skedul pendukung diberi subindeks dengan mencantumkan nomor kode skedul utama yang berkaitan.
Contoh:
6                Skedul Utama Kas
6-1             Kas di Bank
6-2             Konfirmasi Bank
6-3             Kas Kecil

7                Skedul Utama Piutang Usaha dan Piutang Wesel
7-1             Piutang Usaha
7-2             Piutang Wesel
7-3             Konfirmasi Piutang Usaha
7-4             Cadangan Kerugian Piutang Usaha
2.                  Indeks kombinasi angka dan huruf. Kertas kerja diberi kode yang merupakan kombinasi huruf dan angka. Kertas kerja utama diberi kode huruf, sedangkan skedul pendukungnya diberi kode kombinasi huruf dan angka.
Contoh:
A               Skedul Utama Kas
A-1            Kas dan Bank
A-2            Konfirmasi Bank
A-3            Dana Kas Kecil
3.                  Indeks angka berurutan. Kertas kerja diberi kode angka yang berurutan.
Contoh:
1                                Skedul Utama Kas
2                                Kas dan Bank
3                                Konfirmasi Bank
4                                Dana Kas Kecil
G.    SUSUNAN KERTAS KERJA
Di depan telah disebutkan bahwa dalam audit, auditor menghasilkan berbagai macam tipe kertas kerja. Untuk Memudahkan review atas kertas kerja yang dihasilkan oleh berbagai asisten dan staf auditor, berbagai tipe kertas kerja tersebut harus disusun secara sistematik dan dalam urutan yang logis. Akuntan senior yang akan me-review kertas kerja biasanya menghendaki susunan kertas kerja dalam urutan berikut ini.
1.                  Draft laporan audit (audit report).
2.                  Laporan keuangan auditan.
3.                  Ringkasan informasi bagi reviewer.
4.                  Program audit.
5.                  Laporan keuangan atau lembar kerja (work sheet) yang dibuat oleh klien.
6.                  Ringkasan jurnal adjustment.
7.                  Working trial balance.
8.                  Skedul utama.
9.                  Skedul pendukung.
Dalam butir 3 dicantumkan “Ringkasan informasi bagi reviewer.” Hal ini dimaksudkan untuk memberikan daftar hal-hal yang memerlukan perhatian khusus dari reviewer.

H.    PENGARSIPAN KERTAS KERJA
Auditor biasanya menyelenggarakan dua macam arsip kertas kerja untuk setiap kliennya: (1) arsip audit tahunan untuk setiap audit yang telah selesai dilakukan, yang disebut arsip kini (current file); (2) arsip permanen (permanent file) untuk data yang secara relative tidak mengalami perubahan. Arsip kini berisi kertas kerja yang informasinya hanya mempunyai manfaat untuk tahun yang diaudit saja. Arsip permanen berisi informasi sebagai berikut:
1.                  Copy anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien
2.                  Bagan organisasi dan luas wewenang serta tanggung jawab para manajer
3.                  Pedoman akun, pedoman prosedur, dan data lain yang berhubungan dengan pengendalian intern.
4.                  Copy surat pejanjian penting yang mempunyai masa laku jangka panjang.
5.                  Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk pokok perusahaan
6.                  Copy notulen rapat direksi, pemegang saham, dan komite-komite yang dibentuk klien.
Pembentukan arsip permanen ini mempunyai tiga tujuan yakni:
1.                  Untuk menyegarkan ingatan auditor mengenai informasi yang akan digunakan dalam audit tahun-tahun mendatang.
2.                  Untuk memberikan ringkasan mengenai kebijakan dan organisasi klien bagi staf yang baru pertama kali menangani audit laporan keuangan klien tersebut.
3.                  Untuk menghindari pembuatan kertas kerja yang sama dari tahun ke tahun.
Informasi dalam arsip permanen ini harus selalu diperbaharui pada setiap kali audit. Copy notulen rapat yang baru, kontrak dan perjanjian baru yang dibuat oleh klien, perubahan anggaran rumah tangga dan perkembangan lain harus setiap tahunnya ditambahkan dalam arsip permanen.
Analisis terhadap akun-akun tertentu yang relative tidak pernah mengalami perubahan harus juga dimasukkan ke dalam arsip permanen. Akun-akun seperti tanah, gedung, akumulasi depresiasi, investasi, utang jangka panjang, modal saham dan akun lain yang termasuk dalam kelompok modal sendiri adalah jarang mengalami perubahan dari tahum ke tahun. Pemeriksaan pertama terhadap akun tersebut akan menghasilkan informasi yang akan berlaku beberapa tahun, sehingga dalam audit berikutnya auditor hanya akan memeriksa transaksi-transaksi tahun yang diaudit yang berkaitan dengan akun-akun tersebut. Dalam hal ini arsip permanen benar-benar menghemat waktu auditor karena perubahan- perubahan dalam tahun yang diaudit tinggal ditambahkan dalam arsip permanen, tanpa harus memunculkan kembali informasi-informasi tahun-tahun sebelumnya dalam kertas kerja tersendiri.


DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan Publik. Jakarta : Salemba Empat
Arens, Alvin A., Randal J. Elder dan Mark S Beasly. 2008. Auditing dan Jasa Assurance: pendekatan Terintregasi Jilid I. Jakarta : Erlangga
Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta : Salemba Empat
Mulyadi. 2002. Auditing. Jakarta: Salemba Empat